Saturday, October 14, 2017

KONSEP DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAM

A.  HAKIKAT ILMU
Apa yang dimaksud dengan ilmu? Ilmu merupakan suatu istilah yang digunakan untuk pengetahuan sains. Sebenarnya penggunaan istilah ilmu ini masih sangat membingungkan. Kata “ilmu” berasal dari Bahasa Arab, “alima ya’lamu” yang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia artinya pengetahuan. Sedangkan kata ilmu itu sendiri seringkali disandingkan dengan kata pengetahuan, menjadi kata majemuk “ilmu pengetahuan” sebagai istilah yang merujuk kepada kata sains, padahal sesungguhnya ilmu adalah bagian dari pengetahuan.[1]
Untuk mengetahui hakikat ilmu, perlu diketahui terlebih dahulu tentang macam-macam pengetahuan. Ahmad Tafsir membagi pengetahuan manusia menjadi tiga macam, yaitu pengetahuan sains (ilmu atau ilmu pengetahuan), pengetahuan filsafat, dan pengetahuan mistik.[2] Sains atau ilmu atau ilmu pengetahuan dikatakan sebagai kesimpulan sesuatu yang didapatkan seseorang melalui panca indera, baik dengan melihat, mendengar, mengucap, menyentuh, mencium, merasa, dan sebagainya.[3] Dengan kata lain ilmu merupakan pengetahuan inderawi dengan dasar penalaran yang bersifat logis. Sederhananya, ilmu itu haruslah logis dan empiris. Jika hanya menggunakan penalaran logis yang tidak empiris, maka disebut dengan filsafat. Jika hanya empiris tetapi tidak logis, maka disebut takhayul. Jika hanya mengandalkan rasa atau keyakinan semata, maka hal itulah yang disebut dengan pengetahuan mistik.
Ilmu merupakan rangkaian aktivitas manusia yang dilaksanakan dengan metode tertentu yang akhirnya metode itu menghasilkan pengetahuan ilmiah. Jadi, ilmu merupakan pengetahuan dari proses yang telah memenuhi persyaratan-persyaratan keilmiahan. Ilmu dalam pengertian di atas adalah pengertian ilmu dalam konteks ilmu pengetahuan ilmiah.
Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang dapat diandalkan dan berguna bagi kita dalam menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol gejala-gejala alam. Kata ilmu merupakan terjemahan dari kata “science”, yang secara etimologis berasal dari kata latin “scinre”, artinya “to know”. Namun, pengertian science ini sering salah diartikan, dan direduksi berkaitan dengan ilmu alam semata padahal tidak demikian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu merupakan pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu. Pendapat lain menerangkan bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang mengembangkan dan melaksanakan aturan-aturan mainnya dengan penuh tanggung jawab dan kesungguhannya.[4] Melalui pendapat tersebut dipahami bahwa ilmu merupakan pengembangan dari pengetahuan yang memiliki aturan tertentu dan dapat diuji kebenarannya karena berkaitan dengan penafsiran suatu hal yang pada umumnya berlaku secara umum.
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (obyek/ lapangan), yang merupakan kesatuan yang sistematis dan memberikan penjelasan yang sistematis yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab hal atau kejadian itu.[5] Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan, maka ilmu menunjukan perkembangan pengetahuan manusia yang telah tersusun secara lebih terstruktur dan dapat diuji kebenarannya oleh semua orang. Pada akhirnya alam semesta dapat diterjemahkan oleh manusia menggunakan cara-cara yang lebih sesuai dengan dinamika alam apa adanya. Berdasarkan kajian-kajian yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa ilmu sebagai bagian dari pengetahuan memiliki ciri-ciri yang membedakannya dari pengetahuan lain, yaitu: logis, sistematis, universal dan empiris. Logis menunjukan bahwa ilmu dapat dijangkau dan diterima oleh nalar manusia. Karena sifatnya dapat teramati oleh indera manusia atau dapat dijangkau oleh alat-alat yang mampu membantu indera manusia dalam menafsirkan gejala alam. Sistematis menunjukkan pada sebuah hal yang runut, memiliki tahapan-tahapan yang jelas dalam memahaminya. Universal, bersifat menyeluruh yang berarti ilmu pengetahuan berlaku secara umum. Sedangkan empiris menunjukan bahwa semua orang dapat mengalami ilmu pengetahuan itu atau dapat mengembangkan ilmu tersebut. Cerita tentang tanaman padi kita tadi yang tiba-tiba mengering secara tidak terprediksikan, pada akhirnya dapat dijelaskan secara lebih ilmiah oleh keilmuan. Fenomena tersebut dapat dijelaskan oleh biologi misalnya, karena padi yang tiba-tiba mengering sebelum masanya dapat terjadi karena adanya fenomena pemanasan global yang menyebabkan musim menjadi tidak menentu dan meningkatnya suhu bumi sehingga menjadi lebih panas akibat kerusakan ozon. Hal tersebut dapat menjadi salah satu penyebab yang lebih ilmiah dan berlaku secara umum untuk menjelaskan faktor penyebab fenomena padi kita.
Ilmu merupakan hasil dari peradaban manusia yang semata-mata membantu memudahkan pekerjaan manusia. Dalam hal ini pekerjaan manusia bukan hanya aspek praktis semata melainkan ilmu berhasil menerjemahkan alam semesta yang berlaku secara umum. Sehingga setiap orang dapat memahami gejala-gejala alam secara serentak dan ilmu itu juga dapat digunakan oleh semua orang tanpa batas apapun. Maka, di akhir pembahasan mengenai hakikat ilmu ini dapatlah kita mengutip pernyataan berikut ini, “Ilmu itu ibarat bis kota, memang tidak senyaman Mercy Tiger, tapi rutenya jelas dan jadwalnya dapat dipercaya. Jelas bukan tunggangannya Nabi yang diberkahi wahyu atau seniman besar yang penuh ilham, namun kendaraan orang-orang biasa seperti kita”.[6]





B.  HAKIKAT PENDIDIKAN ISLAM
Pengertian pendidikan akan sangat beragam, bergantung pada sudut pandang yang digunakan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.[7] Sedangkan menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[8]
Secara bahasa, pendidikan berasal dari bahasa Yunani, “paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.[9] Menurut Hasan Langgulung, pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada anak-anak atau orang-orang yang sedang dididik.[10] Menurut Muhibbin Syah, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya alam melalui kegiatan pengajaran (Muhibbin Syah, 2008:1).[11]
Pendidikan secara terminologi dapat diartikan sebagai pembinaan, pembentukan, pengarahan, pencerdasan, pelatihan yang diajukan kepada semua anak didik secara formal maupun non formal dengan tujuan membentuk anak didik yang cerdas, berkepribadian, memiliki keterampilan atau keahlian tertentu sebagai bekal dalam kehidupannya di masyarakat. Secara formal, pendidikan adalah pengajaran.[12]

Di dalam konteks keislaman, terdapat beberapa istilah yang sering digunakan sebagai arti pendidikan, diantaranya tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib.
1.      Tarbiyah
Secara umum, tarbiyah dapat dikembalikan kepada 3 kata kerja yg berbeda, yakni:
o    Rabaa-yarbuu yang bermakna namaa-yanmuu, artinya berkembang.
o    Rabiya-yarbaa yang bermakna nasya-a, tara’ra-a, artinya tumbuh.
o    Rabba-yarubbu yang bermakna aslahahu, tawallaa amrahu, sasa-ahuu, wa qaama ‘alaihi, wa ra’aahu, yang artinya masing memperbaiki, mengurus, memimpin, menjaga dan memeliharanya (atau mendidik).
Tarbiyah merupakan proses penyampian sesuatu batas kesempurnaan yang dilakukan secara setahap demi setahap. Tarbiyah sebagai proses menumbuhkan sesuatu secara setahap dan dilakukan sesuai pada batas kemampuan. Menurut pengertian tersebut, tarbiyah diperuntukkan khusus bagi manusia yang mempunyai potensi rohani, sedangkan pengertian tarbiyah yang dikaitkan dengan alam raya mempunyai arti pemeliharaan dan memenuhi segala yang dibutuhkan serta menjaga sebab-sebab eksistensinya. Kata tarbiyah secara semantik tidak khusus ditunjukkan kepada manusia, tetapi dapat dipakai untuk spesies lain, hewan dan tumbuhan misalnya. Kata tarbiyah mengandung arti mengasuh, menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membuat, menjadikan bertambah pertumbuhan, membesarkan, memproduksi hasil-hasil yang sudah matang, dan menjinakkan.[13]
2.      Ta’lim
Pendidikan di dalam Islam sering pula disebut dengan istilah ta’lim. Ta’lim bertujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan keahlian berpikir yang sifatnya mengacu pada domain kognitif saja.[14] Ta’lim secara bahasa berarti pengajaran (mashdar dari a’lama-yu’alimu-ta’liman), secara istilah berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampian pengertian, pengetahuan dan ketrampilan. Ta’lim merupakan proses pemberian pengatahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, sehingga diri manusia itu menjadi suci atau bersih dari segala kotoran sehingga siap menerima hikmah dan mampu mempelajari hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya (ketrampilan). Mengacu pada definisi ini, ta’lim, berarti adalah usaha terus menerus manusia sejak lahir hingga mati untuk menuju mengetahui apa yang sebelumnya mereka tidak tahu.
3.      Ta’dib
Sebagian para ahli berpendapat bahwa sebenarnya kata ta’dib inilah yang paling tepat untuk menunjukkan arti pendidikan perspektif Islam.[15] Hal ini karena konsep ta’dib meliputi aspek material dan spiritual seseorang.[16] Ta’dib, merupakan bentuk mashdar dari kata addaba-yuaddibu-ta’diban, yang berarti mengajarkan sopan santun. Sedangkan menurut istilah, ta’dib diartikan sebagai proses mendidik yang di fokuskan kepada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti pelajar. Ta’dib merupakan pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan dalam tatanan wujud keberadaan-Nya. Fakta bahwa pendidikan Nabi Muhammad saw dijadikan Allah sebagai pendidik yang terbaik didukung oleh Al-Qur’an yang menunjukkan kedudukan Rasulullah SAW yang mulia, suri tauladan yang baik serta hadits yang menyatakan bahwa Rasul diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Pengertian pendidikan dalam arti kata tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib dapatlah diambil suatu analisa. Jika ditinjau dari segi penekanannya terdapat titik perbedaan antara satu dengan lainnya, namun apabila dilihat dari unsur kandungannya, terdapat keterkaitan yang saling mengikat satu sama lain, yakni dalam hal memelihara dan mendidik anak.
Selanjutnya jika kata pendidikan dikaitkan dengan kata Islam, maka akan memberikan warna tersendiri dalam pemaknaannya. Ramayulis mengemukakan bahwa Pendidikan Islam adalah suatu proses edukatif yang yang mengarah kepada pembentukan akhlak atau kepribadian.[17] Pendidikan Islam menurut Muzayin Arifin adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya, sesuai dengan cita–cita Islam, karena nilai–nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.[18] Kemudian menurut Zakiah Daradjat, pendidikan Islam adalah bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai pandangan hidupnya (way of life) demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak.[19]
Menurut Muhaimin, istilah “pendidikan Islam” dapat dikatakan sebagai pendidikan menurut Islam atau pendidikan Islami, yakni pendidikan yang dipahami dan dikembangkan, dan diajarkan dalam nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu, al-Qur’an dan as-sunah. Dalam pengertian ini, pendidikan Islam dapat berwujud pemikiran dan teori pendidikan yang mendasarkan diri atau dibangun dan dikembangkan dari sumber-sumber dasar tersebut.[20]
Pendidikan Islam merupakan sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah SWT baik kepada Tuhannya, sesama manusia, sesama makhluk lainnya. Dengan istilah lain, manusia muslim yang telah mendapatkan Pendidikan Islam itu harus mampu hidup di dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagaimana diharapkan oleh cita-cita Islam. Pengertian Pendidikan Islam dengan sendirinya bermuara pada pengertian sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah. Oleh karena Islam memberi pedoman seluruh aspek kehidupan manusia muslim baik duniawi maupun ukhrawi.
Islam sebagai agama bersifat universal berisi ajaran-ajaran yang dapat membimbing manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Untuk itu, Islam mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa menjaga hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama manusia. Berdasarkan hal tersebut, pendidikan Islam berfungsi untuk menghasilkan manusia yang dapat menempuh kehidupan yang indah di dunia dan di akhirat. Berbeda dengan pendidikan Barat yang bertitik tolak dari filsafat fragmatisme, yaitu yang mengukur kebenaran menurut kepentingan waktu, tempat, dan situasi. Fungsi pendidikan tidaklah sampai untuk menciptakan manusia yang dapat menempuh kehidupan yang indah di dunia dan di akhirat, akan tetapi terbatas pada kehidupan dunia semata.[21]

C.  KONSEP DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Menurut Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam adalah kumpulan teori pendidikan berdasarkan ajaran Islam. Isi ilmu adalah teori. Isi ilmu bumi adalah kumpulan teori tentang bumi. Isi ilmu alam adalah kumpulan teori tentang alam. Maka ilmu pendidikan adalah ilmu yang berisi tentang teori-teori pendidikan. Kemudian penambahan kata “Islam” di belakangnya memberikan corak tersendiri yang mengandung makna Islami yakni sesuai dengan ketentuan atau ajaran-ajaran umat Islam. [22]
Secara esensial memang benar bahwa isi ilmu adalah teori, tetapi sebenarnya secara lengkap isi suatu ilmu bukanlah hanya teori. Isi lainnya adalah penjelasan terntang teori itu dan terkadang ada juga data yang mendukung penjelasan itu. Dengan demikian isi ilmu secara lengkap adalah teori, penjelasan teori, dan data yang mendukung penjelasan tersebut. Maka ilmu pendidikan Islam berisi teori pendidikan Islam, penjelasan teori tersebut, dan data yang mendukung penjelasan itu.

Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu yang berdasarkan Islam. Apa yang dimaksud dengan Islam? Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dengan berpedoman kepada sumber hukumnya yaitu Al-Qur’an dan Hadits serta akal. Jika demikian, maka ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan pada Al-Qur’an, Hadits, dan akal. Penggunaan dasar hokum ini pun harus berurutan, Al-Qur’an, lalu Hadits, dan barulah akal. Bila tidak ada atau kurang jelas di dalam Al-Qur’an, maka harus dicari di dalam hadits, jika masih belum ada atau belum jelas, maka boleh menggunakan akal (pemikiran), tetapi tentu saja tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits. Oleh karenanya, teori dalam ilmu pendidikan Islam haruslah dilengkapi dengan ayat-ayat Al-Qur’an, Hadits, serta argument akal yang menjamin teori tersebut.[23]
Secara filosofis, hakikat pendidikan adalah penyerapan informasi pengetahuan yang sebanyak-banyaknya dan pengkajian yang mendalam serta uji coba dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pandangan tersebut dapat dipahami bahwa secara epistemologis, pengembangan pendidikan Islam akan berkaitan secara langsung dengan sumber ilmu pengetahuan dan metodologi pengembangannya. Sumber ilmu pengetahuan dalam Islam adalah seluruh firman Allah yang bersifat qauliyah, yakni mukjizat Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih, juga firman Allah yang bersifat kauniyah, yaitu semua ciptaan-Nya yang diyakini sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya.[24]
Ilmu pendidikan Islam merupakan sebuah studi tentang proses pendidikan yang berdasarkan nilai-nilai filosofis ajaran Islam dengan sebagai dasarnya adalah sumber hukum Islam yakni Al-Quran dan Sunnah. Dengan kata lain, ilmu pendidikan Islam merupakan ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam atau ilmu pendidikan yang berkarakter Islam.
Moh. Roqib menjelaskan, Ilmu pendidikan Islam merupakan sekumpulan teori kependidikan yang berdasarkan konsep dasar agama Islam yang berasal dari hasil telaah secara mendalam terhadap Al-Quran, hadits, serta teori-teori dari bidang keilmuan lain yang selanjutnya diramu secara integratif oleh para pemikir dan tokoh intelektual Islam sehingga menjadi suatu kontruksi teori-teori pendidikan baru yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa ilmu pendidikan Islam merupakan suatu kajian keilmuan yang di dalamnya berisi sekumpulan teori dan data yang telah terintegrasi yang telah mengalami didialogkan dan dijelaskan dengan perspektif Islam. Teori-teori dan konsep dalam ilmu pendidikan Islam tidak hanya harus dapat dipertanggung-jawabkan secara akademik-ilmiah, namun juga harus bisa dipraktekkan atau diaplikasikan secara operasional dalam pendidikan. Oleh karena itu ilmu pendidikan Islam tidak hanya berkutat pada tataran teoritis, namun juga pada tataran praktis. [25]
Sebagai konsep pendidikan yang berlandaskan pada nilai-nilai keislaman, maka tujuan pendidikan islam tidak lepas dari tuntunan yang berasal dari Al-Quran dan sunnah. Tujuan itulah sasaran yang ingin kita capai. Menurut Imam Al-Ghazali, tujuan pendidikan Islam adalah membentuk insan paripurna baik di dunia maupun di akhirat. Pendidikan ditujukan untuk menjadikan manusia semakin dekat dengan Allah SWT. Menurut Al-Ghazali, tujuan dari belajar atau mencari ilmu adalah sebuah bentuk ibadah kepada Allah. Selanjutnya, buah dari ilmu yang dipelajari tersebut akan membawa kedekatan kepada Allah dan meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Menurut Al-Ghazali, manusia akan sampai kepada tingkat kesempurnaan apabila ia menguasai sifat-sifat keutamaan melalui ilmu yang dipelajari. Keutamaan itulah yang pada akhirnya akan membahagiakan di dunia dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. sehingga menjadi bahagia di akhrat kelak. Sedangkan menurut Ibnu Sina, tujuan pendidikan Islam harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah perkembangannya yang sempurna meliputi fisik, intelektual, dan budi pekerti.[26]
Pendidikan Islam merupakan bagian penting dari dinamika pendidikan di Indonesia, mengingat agama Islam merupakan agama mayoritas di negara ini dan bahkan di tingkat Internasional. Islam menaruh perhatian yang sangat besar dalam bidang pendidikan. Sejak zaman Rasulullah SAW sampai saat ini, pendidikan Islam telah mengalami dinamika dan perkembangan yang sangat pesat. Secara umum, Pendidikan Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mengimani ajaran agama islam yang disertai dengan tuntunan saling menghormati penganut agama lain dalam konteks kerukunan antar umat beragama guna mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa.



[1] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 5.
[2] Ibid, h. 7.
[3] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 4.
[4] Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebagai Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2009), h. 35.
[5] Ibid, h. 14.


[6] Ibid, h. 56.
[7] Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga), (Jakarta: Balai Pustaka, 2002).
[8] Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
[9] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (KALAM MULIA: Jakarta, 1994), h. 1.
[10] Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986), h. 32.
[11] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda Karya, 2008), h. 1.
[12] Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam. (Bandung:  CV Pustaka Setia, 2009), h. 53.
[13] Ramayulis, Op.Cit. h. 2.
[14] Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh, (PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2014), 4.
[15] Ramayulis Op Cit 2
[16] Heri Gunawan, Op.Cit. h 6.
[17] Ramayulis, Op.Cit. 4.
[18] Muzayin Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasar-kan Pendekatan Indisipliner, Bumi Aksara, Jakarta, 1994, hal. 10.
[19] Zakiah Daradjat, et.all, Ilmu Pendidikan Islam, Op.Cit. hal. 117.
[20] Muhaimin, et.al. Paradigma Pendidikan Islam, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2002, hal. 29.
[21] Ramayulis, Op.Cit. h. 10.
[22] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (PT Remaja Rosdakarya: Bandung, 2007), 12.
[23] Ibid
[24] Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam, (CV. Pustaka Setia: Bandung, 2010), 29.

[25] M. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, (LKIS: Yogyakarta. 2009).
[26] Ahmad Mujib, Pengertian, Ruang Lingkup dan Tujuan Ilmu Pendidikan Islam, (Dari: http://www.wikipendidikan.com/2016/03/pengertian-dan-tujuan-ilmu-pendidikan-islam.html, Diakses pada tanggal 21 September 2017)


Hadits tentang Tujuan Pendidikan

1.    Nash dan Terjemah Hadits
حَدَّثَنَا إِسْحَاق أَخْبَرَنَا عَبْد الرَّزَّاق أَخْبَرَنَا مُعَمَّر عَنْ هَمَّام عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ كَمَا تُنْتَجُونَ البَهِيْمَةُ هَلْ تَجِدُوْنَ فِيْهَا مِنْ جَدْعَاءَ حَتَّى تَكُوْنُوْا أَنْتُمْ تَجْدَعُوْنَهَا . قَالُوا يَا رَسُولَ الله أَفَرَأَيْتَ مَنْ يَمُوْتُ وَهُوَ صَغِيْرٌ ؟ قَالَ : اللهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانْوا عَامِلِيْنَ
“Telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah memberitakan kepada kami Abdur Razzaq, telah memberitakan kepada kami Mu’ammar dari Hammam dari Abu Hurairah r.a., ia telah berkata: Rasulullah s.a.w. telah bersabda: Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, atau seorang Nasrani. Sebagaimana binatang itu dilahirkan dengan lengkap. Apakah kamu melihat binatang lahir dengan terputus (hidung, telinga, dan sebagainya)? Mereka bertanya: Wahai Rasulullah bagaimana pendapatmu tentang anak kecil yang meninggal dunia? lalu beliau menjawab: Allah lebih tahu tentang apa yang pernah mereka kerjakan.”[1]

2.    Analisis Kualitas Hadits
Setelah penyusun melakukan takhrij pada hadits di atas, penyususn menemukan 49 hadits serupa yang tersebar di dalam beberapa kitab hadits. Dengan demikian terdapat beberapa jalur periwayatan hadits tersebut. Berikut ini penjabarannya:

NO
NAMA KITAB
JUMLAH HADITS
1
صحيح البخاري
2
2
صحيح مسلم
1
3
سنن أبي داود
1
4
سنن النسائى الصغرى
2
5
مسند أحمد بن حنبل
6
6
المستدرك على الصحيحين
1
7
السنن الكبرى للنسائي
2
8
مسند أبي داود الطيالسي
1
9
مسند ابن أبي شيبة
1
10
البحر الزخار بمسند البزار 10-13
1
11
مسند أبي يعلى الموصلي
1
12
كشف الأستار
1
13
المعجم الأوسط للطبراني
1
14
المعجم الكبير للطبراني
2
15
حديث أبي الفضل الزهري
1
16
جزء من حديث أبي العباس الأصم
1
17
الأربعين المستخرجة من الصحاح من روايات المحمدين
1
18
الفوائد المنتقاة عن الشيوخ الثقات لأبي سعد المظفر
1
19
الرابع من حديث شعبة وسفيان مما أغرب بعضهم على بعض
1
20
كتاب الإغراب للنسائي
1
21
تلخيص المتشابه في الرسم
1
22
السنة لابن أبي عاصم
1
23
السنة لعبد الله بن أحمد
1
24
القدر للفريابي
6
25
الشريعة للآجري
4
26
الإبانة الكبرى لابن بطة
1
27
شرح أصول اعتقاد أهل السنة والجماعة للالكائي
1
28
القضاء والقدر للبيهقي
2
29
التمهيد لابن عبد البر
3
JUMLAH
49


Kemudian hadits tersebut dianalisis dengan cara tashih. Pertama penyusun mengidentifikasi para perawi hadits tersebut. Berikut ini hasilnya:
No
Nama Rawi
Jarh dan Ta’dil
1
Ishaq bin Ibrahim
Tsiqoh, Hafidz, Imam
2
Abdur Rozzaq
Tsiqoh, Hafidz
3
Muammar bin Rosyad
Tsiqoh, Fadhil
4
Hammam bin Munabbih
Tsiqoh
5
Abdurrohman (Abu Hurairoh)
Sahabiy

Berdasarkan data ini, maka kita dapat mengatakan seluruh perawinya ‘adil, matannya mafru dan sanadnya muttasil. Kemudian jika ditinjau berdasarkan i’tibar diwan, hadits ini berada di dalam kitab Shahih, yang diyakini hanya memuat hadits-hadits shahih. Maka dari semua tinjauan ini, dapat dinyatakan bahwa kualitas hadits ini adalah shahih.
              
3.    Analisis Isi Kandungan Hadits
Salah satu tujuan pendidikan itu adalah untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri peserta didiknya yakni yang dikenal dengan konsep fitrah. Dalam hadis di atas dijelaskan bahwa setiap insan itu dilahirkan dalam keadaan memiliki fitrah. Fitrah tersebut dapat dikembangkan sesuai dengan lingkungan pendidikan yang mengitarinya.
Terdapat tiga macam kelompok sosial dalam dunia pendidikan, yang berfungsi sebagai lingkungan pendidikan, yaitu keluarga, masyarakat, dan sekolah. Diantara tiga macam lingkungan pendidikan itu keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang terpenting, karena keluarga adalah lingkungan yang pertama kali memberikan pengalaman pendidikan pada seorang anak.
Dalam pendidikan, Islam memandang adanya pengaruh lingkungan terhadap perkembangan seseorang. Namun tidak berarti manusia itu dilahirkan dalam keadaan seperti kertas putih kosong yang belum ditulisi, tetapi pada setiap diri manusia itu, Allah telah menciptakan fitrah yaitu kesucian iman kepada Allah SWT. Iman yang suci dapat kotor, apabila manusia tidak dapat menggunakan akal sehatnya karena pengaruh lingkungan keluarga.
Hadis diatas dengan tegas menunjukkan, bahwa keluarga (terutama kedua orang tua) bertanggung jawab terhadap anaknya. Apakah anak tersebut tetap pada fitrahnya yaitu beriman kepada Allah Yang Maha Esa, atau malah menyalahi fitrahnya, menjadi pengikut faham lain seperti Yahudi, Nasrani, atau yang lainnya. Maka maksud hadis Nabi tersebut adalah seseorang itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, yakni bahwa setiap manusia itu lahir kedunia dalam keadaan membawa potensi atau naluri ke-tauhidan (dalam keadaan beriman kepada Allah SWT. Sebagaimana dalam firman Allah dalam Surah Ar-Ruum ayat 30:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Dalam Ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa dia menciptakan manusia menurut fitrah-Nya. Maksud fitrah Allah disini adalah tabiat asli yang diciptakan Allah pada setiap diri manusia, yaitu tabiat beriman kepada Allah SWT (potensi ketauhidan), sesuai dengan hasil pemikiran akal yang sehat.
Jika manusia memiliki rangkaian yang bersifat fitrah, maka kita mesti pula memperbincangkan tentang masalah pendidikan dalam perspektif persoalan fitrah ini. Bahkan istilah pendidikan yang digunakan di sini, pada dasarnya terbentuk atas asas tersebut. Karena yang dimaksud dengan pendidikan adalah rekayasa dan usaha untuk menyempurnakan kecerdasan dan pertumbuhan manusia.[2]
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan besar pendidikan perspektif hadits tersebut adalah untuk mengembangkan potensi manusia, mengarahkan tingkah lakunya agar menjadi lebih baik, memiliki lebih sempurna pengabdiannya kepada Allah SWT, serta memiliki kemanfaatan yang luas bagi manusia lainnya.[3]



[1] Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Al-Jaami’ As-Shahih Juz 4, (Kairo: Al-Maktabah As-Salafiyah, 1978) Hadits No. 6599 Kitab Al-Qadr BAB Allah Maha Mengetahui Segala yang Mereka Kerjakan, h.209
[2] Murtadha Muthahhari, Fitrah, (Jakarta: PT Lentera Basritama, 2001), 2.
[3] M. Ainur Rasyid, Hadits-Hadits Tarbawi, (Yogyakarta: DIVA Press, 2017), 25.