Thursday, February 23, 2017

Proses Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga


A.  Proses Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga Pranikah
Betapa pentingnya Pendidikan Agama Islam di dalam keluarga, karena dengan Pendidikan Agama Islam inilah seseorang akan mencapai derajat kesempurnaanya sebagai manusia untuk mencapai ridha Allah. Kemudian pertanyaan yang muncul adalah sejak kapan Pendidikan Agama Islam itu dimulai? Agama Islam dengan segala kesempurnaanya telah mengatur dan menjelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam dimulai bahkan sejak saat sebelum seseorang menikah, yaitu sejak tahap mencari calon pasangan hidup. Peribahasa mengatakan “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” artinya sikap serta tingkah laku seorang anak tidak akan jauh berbeda dengan orang tuanya. Maka bagi para calon orang tua, harus benar-benar serius dalam memilih calon ayah atau ibu dari anak-anak kita. Mengenai hal ini ada sebuah hadits yang berbunyi:
عن ابي هريرة رضي الله عنه قال تنكح المراة لاربع لمالها و لنسبها ولجمالها و لدينها فاظفر بذات الدين تربت يداك (رواه البخاري)
Artinya: “Dari Abi Hurairah RA, Dari Nabi SAW bersabda; “Dinikahi wanita itu karena empat hal: karena hartanya, karena keturunannya karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu mencari yang beragama, niscaya akan selamat kedua tanganmu” (HR. Bukhari).
Dari hadits tersebut diterangkan bahwa setidaknya ada empat kriteria dalam memilih pasangan hidup, yakni harta, keturunan, kecantikan dan agamanya. Seandainya empat hal itu ada pada diri seseorang, maka dia adalah calon pasangan hidup yang terbaik. Namun pada kenyatannya kriteria tersebut sangat sulit untuk terpenuhi semuanya, karena manusia pada dasaranya pasti memiliki kelebihan dan kekurangan tertentu. Maka di ujung hadits tersebut ada penguatan bahwa kriteria yang keempatlah yang harus menjadi perhatian utama, yakni karena agamanya. Karena dengan agama yang kuat, maka seseorang akan dapat saling mengarti dan memahami keadaan pasangannya. Ia tidak akan banyak menuntut, dan akan melakuakan segala sesuatunya hanya untuk mencari keridhaan Allah SWT.
Setelah mengetahui kriteria yang tepat dalam memilih calon pasangan hidup, langkah awal yang dapat dilakukan ialah “ta’aruf” atau perkenalan, yaitu proses mencari informasi yang dibutuhkan mengenai sang calon. Setelah memiliki keyakinan terhadapnya, kemudian melakukan “khitbah” yaitu proses peminaganatau bahasa lainnya dikenal dengan pertunangan. Selama proses pranikah, ada banyak batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar. Sejak saat inilah Pendidikan Agama Islam dimulai, jika selama proses pra-nikah berjalan sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh Allah SWT, maka diharapkan akan dapat mencapai tujuan keluarga yakni sakinah, mawaddah dan rohmah.

B.  Proses Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga saat Nikah
Proses Pendidikan Agama Islam pada saat nikah lebih menekankan pada terpenuhinya seluruh rukun dan syarat nikah. Pernikahan juga hendaknya tercatat di administrasi negara, agar memiliki kekuatan hukum, dan mencegah munculnya kemudharatan. Dalam Islam juga mengenal Walimatul Urus, bahkan ada yang mengatakan hal itu wajib berdasarkan hadits yang artinya: “Adakanlah walimah sekalipun hanya dengan seekor kambing.” (HR. Abu Dawud). Namun yang harus diperhatikan disini ialah tidak harus memaksakan diri dan berlebihan.
Mengenai nikah, hal yang utama ialah tentang menghasilkan keturunan. Dalam Islam, ada tata cara dalam bersetubuh antara suami istri. Diantaranya yaitu sebelum melakukan hubungan, hendaknya berwudhu, lakukan shalat sunnah dua rokaat, berdoa, berias diri, memakai wewangian dan sebagainya. Jika hal-hal tersebut dilaksanakan, diharapkan nantinya akan menghasilkan keturunan yang qurruta a’yun, yang indah dipandang mata dan menyejukkan hati, bukan terpaku dari parasnya tetapi dari segala silkap dan tingkah lakunya.

C.  Proses Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga Pasca Nikah
Pendidikan Agama Islam pasca nikah dimulai sejak sang istri hamil, selama hamil seorang calon ibu tersebut, hendaknya lebih mendekatkan diri kepada Allah, perbanyak berdzikir dan membaca Al-Qur’an. Ajaklah calon bayi untuk berbicara, karena sebenarnya di dalam kandungan pun sang calon bayi telah dapat mendengar. Kemudian setelah bayi lahir, hendaknya dikumandangkan adzan dan iqomat di kedua telinganya, beri ia nama yang baik, yang memiliki makna tertentu sebagai doa untuknya.
Kemudian di masa keemasannya yakni masa balita dari 0 – 5 tahun, mulai tamankan Islam di dalam hatinya, ajak ia untuk mulai mengenal sholat, dan ibadah-ibadah lainnya meskipun ia belum dapat melakukannya. Jika telah mencapai usia 7 tahun, mulailah perintahkan untuk sholat, kemudian setelah usia 10 tahun, jika ia telah diperintahkan sholat namun tetap melinggalkannya maka ia harus dipukul, sebagaimana sabda Nabi saw: ”Apabila anak telah mencapai usia tujuh tahun, perintahkanlah dia untuk melaksanakan shalat. Dan pada saat usianya mencapai sepuluh tahun, pukullah dia apabila meninggalkannya.” (Riwayat Abu Dawud).
Untuk pendidikan formalnya sekolahkanlah ia, jika pendidikan agamanya dirasa kurang cukup, maka tambahkanlah dengan mengikuti pengajian atau mungkin dititipkan di pesantren. Tanggung jawab orang tua tidak terlepas hanya sampai pada menyekolahkannya saja, tetapi terus berlanjut hingga anaknya dewasa bahkan hingga akhir hayat. Termasuk pula dalam memilihkan jodoh bagi anaknya, harus ada campur tangan orang tua walaupun orang tua hendaknya tidak boleh terlalu memaksakan kehendaknya, dan percayakan bahwa ia telah mampu untuk hidup mandiri dan memahami tanggung jawabnya sendiri.

Sumber Gambar : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRCxZlQ2DcyC2qi4eBJbzLgGVG8yJYiqNm64116fG2hAfse6LA7IP9alLPRccG4yoEScUEizctLoJBag85eARk5Ex4vSEhWflAuVyXe70Nnrd3UAKvGOQ0RQcix-8klJCGb0HJXvIKKGMl/s1600/Urgensi+Pendidikan+Islam+di+Lingkungan+Keluarga+Dalam+Pembinaan+Akhlak+Anak.png

Wednesday, February 22, 2017

Belajar Jurumiyah : I’rob


Setelah kita paham betul tentang kalam dan pembagiannya, sekarang kita kenalan sama yang namanya I’rob. Apa itu I’rob? I’rob menurut Jurumiyah yaitu perubahan akhir kalimat karena berbedanya amil yang masuk kepada kalimat tersebut baik secara lafzi maupun secara perkiraan. Sederhananya, I’rob ini tentang kenapa suatu lafadz akhirnya beda-beda, contohnya lafadz بَيْت (rumah), di satu tempat harus dibaca بَيْتٌ, di tempat lain kudu بَيْتًا, juga ada tempat yang ngewajibin dibaca بَيْتٍ . Perbedaan itu nunjukin kedudukan kata yang ngaruh ke arti.
Perubahan itu terjadi karena ada amil. Apa itu amil? Amil adalah sesuatu yang memerintah. Kita bayangkan lafadz-lafadz itu berada di zaman kerajaan. Ketika mereka –lafadz– bertemu amil, maka mereka harus tunduk patuh atas perintah amil. Kurang lebih kaya gitu lah hehe. Perubahan dapat berupa lafzi, maksudnya perubahannya keliatan, atau secara diperkirakan, maksudnya engga keliatan tapi sebenarnya ada cuma ga dimunculin aja karena sebab-sebab tertentu.
I’rob terbagi 4, yaitu rofa, nashob, khofad, dan jazm. Dari yang 4 itu, cuma 3 yang masuk ke isim, yaitu: rofa, nashob, dan khofad. Dan dari yang 4 itu, cuma 3 yang masuk ke fiil, yaitu: rofa, nashob, dan jazm. Kalo yang beginian langsung aja dihapalin, jangan dulu mikir ribet-ribet rofa, nashob, khofad, jazm itu gimana? Hafalin aja dulu, nanti sedikit demi sedikit kita pelajarin satu-satu.
Demikian tulisan singkat tentang BAB I’rob. Ini baru permulaan aja, kalo udah paham BAB ini siap-siap kita kenal lebih jauh tentang tanda-tanda I’rob.
Sumber Gambar : http://www.nu.or.id/o-images/imageContent.php?cl=nu_or_id&assets=pictures&cnt=post&type=big&files=1459717416570185288a7b4.jpg

Tuesday, February 21, 2017

Pembagian Hukum Bacaan Mad

Pada kesempatan kali ini saya akan menerangkan tentang mad secara singkat dan padat. Langsung saja, mad artinya panjang. Mad terbagi 2, yaitu mad ashli (mad thabi’i) dan mad far’i.

A. Mad Ashli (Mad Thabi’i)
Jika: 
Huruf berharkat fathah menghadapi alif mati, atau berharkat kasrah menghadapi ya mati, atau berharkat domah menghadapi wawu mati.

Panjangnya:
2 Harkat

Contoh:
كَانَ

B. Mad Far’i
Mad Far’i terbagi 13 bagian, yaitu:
1. Mad Wajib Muttasil
Jika:
Mad Ashli bertemu hamzah dalam satu kata.

Panjangnya:
5 Harkat

Contoh:
جَاءَ

2. Mad Jaiz Munfashil
Jika:
Mad Ashli bertemu alif dalam kata yang berbeda
Panjangnya:
4-6 Harkat
Contoh:
اِنَّا اَنْزَلْنَا

3. Mad ‘Aridh lissukun
Jika:
Mad Ashli menghadapi huruf hijaiyah dan diwaqofkan (berhenti)
Panjangnya:
4-6 Harkat
Contoh:
يَوْمِ الدِّيْنِ.

4. Mad ‘Iwad
Jika: 
Huruf yang berharokat fathatain diwaqofkan (berhenti), kecuali ta marbuthoh
Panjangnya:
2 Harkat
Contoh:
عِوَجًا.

5. Mad Badal
Jika:
Huruf alif berharkat fathah yang berdiri
Panjangnya:
2 Harkat
Contoh:
امَنَ

6. Mad Lazim Mutsaqol Kalimi
Jika:
Mad ashli menghadapi huruf yang bertasydid
Panjangnya:
6 Harkat
Contoh:
الضَّالِّيْنَ

7. Mad Lazim Muhkofaf Kalimi
Jika:
Mad asli menghadapi huruf yang bersukun
Panjangnya:
6 Harkat
Contoh:
االْانَ

8. Mad Silah
Mad silah terbagi dua, yaitu: mad silah qosiroh, dan mad silah thowilah
a. Mad Silah Qosiroh
Jika
Ha dhomir bertemu huruf selain huruf alif
Panjangnya
2 Harkat
Contoh:
لَه كُفُوًا

b. Mad Silah Thowilah
Jika:
Ha dhomir menghadapi huruf alif
Panjangnya:
4-6 Harkat
Contoh:
لَه اَخْلَدَه

9. Mad Layyin
Jika: 
Wawu mati atau ya mati yang huruf sebelumnya berbaris fathah menghadapi huruf hijaiyah dan diwaqokan.
Panjangnya:
4-6 Harkat
Contoh:
خَوْفٌ.

10. Mad Far’qi
Jika: 
Alif istifham menghadapi alif washol pada alif lam ma’rifat
Panjangnya:
6 Harkat
Contoh:
االلهُ

11. Mad Tamkin
Jika:
Ya bertasydid yang berharokat kasroh menghadapi ya mati
Panjangnya:
2 Harkat
Contoh:
نَبِيِّيْنَ

12. Mad Lazim Mukhofaf Harfi
Jika:
Salah satu dari huruf ح, ي, ط, ه, ر dijadikan permulaan surat dalam Al-Qur’an
Panjangnya: 
2 Harkat
Contoh:
طه

13. Mad Lazim Harfi Musyba’
Jika:
Salah satu dari huruf ن, ق, ص, ع, س, ل, ك, م dijadikan permulaan surat dalam Al-Qur’an
Panjangnya: 
6 Harkat
Contoh:
 الم


Wallahu a'lam

Sumber Gambar: https://whatisquran.com/wp-content/uploads/2012/06/what-is-quran-revelation.jpg 


Monday, February 13, 2017

Belajar Jurumiyah: Kalam dan Bagian-Bagiannya


Kali ini kita akan belajar kitab Jurumiyah. Kitab Jurumiyah merupakan Kitab ilmu nahwu yang sangat terkenal. Kitab ini berisi tentang dasar-dasar ilmu nahwu yang sangat cocok dikaji oleh para pemula. Saya akan mengajak anda untuk mempelajari kitab ini dengan jalan yang paling mudah untuk dipahami.

Baiklah, kita mulai dengan Kalam. Apa itu kalam? Jurumiyah menjawab: “Kalam adalah lafadz yang tersusun dan bermakna lengkap dengan menggunakan Bahasa Arab secara disengaja”. Kita ga usah pusing-pusing mahamin pengertian itu. Intinya Kalam itu adalah kalimat dalam Bahasa Indonesia. Jadi kalo ditanya apa itu kalam? Jawaban sederhananya: Kalimat.

Kalam terbentuk dari tiga unsur, yaitu isim, fiil, dan haraf. Isim adalah kata benda, fiil adalah kata kerja, haraf adalah kata depan atau kata bantu.

1. Isim
Isim adalah kata benda. Misalnya: buku, pulpen, saya, kamu, Budi, Wati, ayam, pohon, angin, pendidikan, pengetahuan, dan lain sebagainya. Pokoknya semua kata yang menunjukkan kepada sesuatu. Balik lagi ke Jurumiyah, di sana dikatakan: Ciri-ciri isim adalah khofad, tanwin, dan alif lam. Apa itu khofad? Di BAB ini kita ga harus tau dulu apa itu khofad, kenalan aja dulu sama namanya, nanti lebih jauh ada di pembahasan selanjutnya.

2. Fiil
Fiil adalah kata kerja. Misalnya: baca, tulis, makan, minum, pergi, pulang, tidur, berkata, dan lain-lain. Jadi semua kata yang menunjukkan suatu pekerjaan atau aktivitas, itu namanya fiil. Ciri-ciri fiil menurut Jurumiyah adalah: dapat dimasuki oleh lafadz qod (benar-benar/terkadang), huruf sin (akan), lafadz saufa (kelak akan), dan huruf ta ta’nis yang dibaca sukun. Ga usah dibuat bingung, maksud pengarang Jurumiyah ngasih ciri-ciri ini adalah karakter khusus yang cuma bisa masuk ke fiil. Bukan berarti semua fiil itu harus ada salah satu ciri-ciri ini. Sampe di sini kita pahami aja dulu bahwa fiil adalah kata kerja.

3. Haraf
Haraf adalah semua kata yang tidak bisa masuk kepadanya ciri-ciri isim dan fiil. Gampangnya haraf ini adalah kata bantu. Haraf ini ga bisa berdiri sendiri, haraf butuh kata yang lain biar jadi bermakna. Contoh-contoh haraf diantaranya: di, ke, dari, dengan, sesungguhnya, maka, dan banyak lagi.

Buat permulaan, kita kenalan sama salah satu jenis haraf, yakni haraf khofad atau jar. Iyap, nama lain khofad itu jar. Haraf khofad ini adalah haraf-haraf yang membuat isim yang ada di depannya menjadi khofad. Ga usah berbingung dulu, langsung aja, di dalam kitab Jurumiyah, haraf jar diantaranya:
من = Dari
الى = Ke
عن = Dari, Tentang
على = Atas
فى = Di dalam, Pada
رب = Banyak / Sedikit
ب = Dengan
ك = Seperti
ل = Milik

Selanjutnya haraf qosam yaitu haraf yang menyatakan sumpah, yaitu:
و = Demi
ب = Demi
ت = Demi

Demikian pembahasan pada BAB Kalam. Saran saya, pahami dulu semua ini, baru lanjut ke BAB selanjutnya. Coba jawab dulu pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, kalo udah bisa jawab tanpa liat ke tulisan di atas, silakan lanjut ke BAB
1. Apa itu kalam?
2. Sebutkan pembagian kalam!
3. Apa yang dimaksud dengan isim, fiil dan haraf? Serta berikan contohnya!
4. Sebutkan haraf jar dan haraf qosam! Beserta artinya!
5. Apa nama lain khofad?
6. Apa yang dimaksud dengan haraf qosam?

Sekian yang dapat disampaikan, terima kasih atas perhatian, mohon maaf atas segala kekurangan.

Wallahu a’lam bishowab.



Sumber Gambar : http://www.almanalmagazine.com/wp-content/uploads/2013/09/10001601.jpeg 

Sunday, February 12, 2017

Ketika Munada Bertemu Ya Mutakalim (Ketentuan Khusus)



Tulisan ini lanjutan dari tulisan sebelumnya yang berjudul Ketika Munada Bertemu Ya Mutakalim. Lebih jauh lagi, ada ketentuan-ketentuan khusus pada lafadz-lafadz tententu.

Pertama, kalo munada mudofnya lafadz أب dan ام, selain boleh pake enam dialek yang udah dibahas sebelumnya, boleh juga pake empat dialek tambahan, yaitu:

1. Mengganti huruf Ya dengan huruf Ta yang dikasrohkan
يَا اَبَتِ
2. Mengganti huruf Ya dengan huruf Ta yang difathahkan
يَا اَبَتَ
3. Mengganti huruf Ya dengan huruf Ta yang difathahkan dan ditambah huruf Alif
يَا اَبَتَا
4. Mengganti huruf Ya dengan huruf Ta yang dikasrohkan  dan ditambah huruf Ya
يَا اَبَتِى


Terus kalo idofatnya ganda, cuma boleh dua pilihan:
1. Menetapkan huruf Ya dengan difathahkan
يَاغُلاَمَ غُلاَمِيَ
2. Menetapkan huruf Ya dengan dibaca sukun
يَاغُلاَمَ غُلاَمِيْ


Tapi kalo idofat gandanya itu lafadz ابن عم atau ابن أم maka boleh empat dialek:
1. Membuang ya dan dibaca kasroh mimnya
يَا ابْنَ أُمِّ
2. Membuang ya dan dibaca fathah mimnya
يَا ابْنَ أُمَّ
3. Menetapkan ya
يَا ابْنَ أُمِّى
4. Mengganti ya menjadi alif
يَا ابْنَ أُمَّا


 Sumber:  Kitab Mutamimmah


Thursday, February 9, 2017

PERBEDAAN MAKNA AR-RAHMAN DAN AR-RAHIM DITINJAU DARI PERSPEKTIF MORFOLOGIS, SINTAKSIS DAN SEMANTIK

PERBEDAAN MAKNA AR-RAHMAN DAN AR-RAHIM DITINJAU DARI PERSPEKTIF MORFOLOGIS, SINTAKSIS DAN SEMANTIK
 OLEH :  LUKMANUL HAKIM, S.Pd.I.
PONPES SINDANGSARI AL-JAWAMI CILEUNYI



1.      Pendahuluan
Al-qur’an memiliki gaya bahasa dan nilai-nilai makna serta balaghah yang sangat tinggi. Tidak ada satu syair atau apapun itu yang dapat mengalahkan keindahan makna-makna Al-Qur’an. Ini membuktikan kekuasaan Allah SWT.  Diantara keagungan Allah adalah Asmaul Husna. Diantara lapadz-lapadz Asmaul Husna adalah Lapadz Ar-Rohman dan Ar-Rohim. Kedua lapadz ini juga termaktub dalam Basmalah dan Awal Surat Al-fatihah.
Asy-Syaikh Muhammad Khalil Al-Harras mengatakan, “Keduanya adalah nama yang mulia dari nama-nama Allah  Kedua nama ini menunjukkan bahwa Allah memiliki sifat rahmat, kasih sayang, yang merupakan sifat hakiki bagi Allah dan sesuai dengan kebesaran-Nya.” Kedua nama Allah  ini disebutkan dalam banyak ayat dan hadits Nabi nya, diantaranya:
بسم الله الرّحمنِ الرّحيمِ
Artinya : dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (Al-fatihah : 1)

Maksud dari ayat ini adalah, saya memulai membaca al-Fatihah ini dengan menyebut nama Allah. Setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha Suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang Ar Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah Senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan Dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.
الرّحمنِ الرّحيمِ
Artinya : Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (Al-fatihah:2).
2.      Kajian Shorpiyyah (Morofologis)
Maknanya, menurut Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Seperti Yang dikutip didalam Kitab “Shopwat At-Tapaasir“. Ar-Rahman artinya Yang memiliki rahmat, kasih sayang yang luas, karena wazan (bentuk kata) fa’lan  فعلانdalam bahasa Arab menunjukkan Sighat Mubalaghah yang mengandung arti  luas, banyak dan penuh. Semisal dengan kata ‘Seorang lelaki ghadhbaan,’ artinya penuh Dengan kemarahan.
Sementara, Ar-Rahiim adalah nama Allah  yang memiliki makna kata kerja dari rahmat (yakni Yang merahmati, Yang mengasihi), karena Wazan  فعيلbermakna faa’il Artinya Pelaksana, sehingga kata tersebut menunjukkan perbuatan (merahmati, mengasihi). Oleh karena itu, paduan antara nama Ar-Rahman dan Ar-Rahim bermakna rahmat Allah  itu luas dan kasih sayang-Nya akan sampai kepada makhluk-Nya.”
3.      Kajian Nahwiyyah (Sintaksis)
Kalau kita perhatikan dan Analisis Salah satu contoh Kata Ar-rohman dan Ar-rohiim dalam Lapadz Basmalah berikut :
بسم الله الرّحمنِ الرّحيمِ

Dalam Lapadz الرّحمنِ diatas, ia Di jar kan karena Menjadi Na’at/sifat yang pertama dari lapadz Allah sedangkan lapadz الرّحيمِ di jarkan karena menjadi na’at yang kedua dari lapadz Allahi. Di dalam kitab Alfiyah Ibnu Aqil di jelaskan, apabila na’at/Sifat lebih dari satu, seperti contoh diatas.  Dan man’ut /Yang disipati bisa jelas tanpa menyebutkan semua na’at tersebut,  maka cara membaca na’at nya ada 3 cara:
1.      Bisa Qot’i (Terputus keduanya/Di baca Nashob Keduanya) Semua contoh nya : بسم الله الرّحمنَ الرّحيمَ
2.      Bisa itba’ jami’ (Sesuai dengan Man’ut/yang disipati-nya)  Contoh nya : 
بسم الله الرّحمنِ الرّحيمِ
3.      Itba’ Dan Qotho’(Yang pertama Mengikut dan yang kedua terputus) Contoh nya :بسم الله الرّحمنِ الرّحيمُ
Sebagaimana dalam Sya’ir :
و إن نعوت كثرت وقد تلت  *  مفتقرا لذكرهنّ أتبعت
واقطع أواتبعْ إنْ يكن معيّنــــا * بدونها أوبعضها اقطع معلنا
(إبن عاقيل : 128)
Menurut pisau analisis saya, Kedua sifat ini Sangat erat kaitanya dan tidak bisa dipisahkan. Dalam Beberapa ayat dalam Al-qur’an kita temukan kedua sifat ini terletak saling berdampingan Ar-Rohman adalah Sifat belas kasih Allah SWT yang amat luas dan tidak tertandingi serta diberikan kepada setiap makhluknya.  Sedangkan Sifat Ar-rohiim merupakan isim pa’il artinya sifat kasih sayang Allah SWT.  Yang langgeng dan abadi Diberikan kepada hamba nya yang beriman dan bertaqwa.

4.      Kajian Semantik (Makna-Makna)
Dalam Kajian Semantik yang saya nukil dari kitab Samarkondi  Lapadz رحمان Merupakan Musytaq dari kata  رحمة yang mengandung arti :
  رقّة القلب تقتضى الاحسان
Artinya :  Keinginan Hati untuk melakukan kebaikan.
Maksudnya, Lapadz رحمان Menjadi Musabbab/manifestasi dari lapadz رحمة   karena sifat penyayang itu timbul dari rasa inginya hati melakukan suatu kebaikan. Kemudian Lapadz رحيم   Mengandung arti mengasihi, mempunyai sifat belas kasih, yang langgeng dan abadi. Karena الرحِم tanpa “ya’ pun mengadung arti Rahim Perempuan (Tempat Yang Kokoh dan Abadi) serta tempat mengasihi dan mengasihani (Pemeiliharaan).
Tentang perbedaan antara nama Allah  Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Tentu ada sisi perbedaannya, karena setiap nama punya makna yang khusus. Berikut ini penjelasan sebagian ulama tentang perbedaan diantara keduanya. Al-Arzami mengatakan: “Ar-Rahman artinya Yang Maha Pengasih terhadap seluruh makhluk, sedangkan Ar-Rahim artinya Yang Maha Pengasih terhadap kaum mukminin di akhirat saja.” (Tafsir Ibnu Jarir Ath-Thabari, Tafsir Basmalah).
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di  Mengatakan bahwa keagungan dua nama Allah tersebut. Ar-Rahman dan Ar-Rahim, adalah dua nama yang menunjukkan bahwa Allah  memiliki kasih sayang yang luas dan agung. Kedua nama ini meliputi segala sesuatu dan meliputi segala makhluk. Allah  telah menetapkan kasih sayang yang sempurna bagi orang-orang bertakwa yang mengikuti para nabi dan rasul-nya. Oleh karena itu, mereka mendapatkan kasih sayang sempurna yang bersambung dengan kebahagiaan yang abadi.
Orang yang memerhatikan nama Allah  Ar-Rahman, dan bahwa Allah  Maha luas rahmat-Nya, memiliki kasih sayang yang sempurna, dan kasih sayang-Nya telah memenuhi alam semesta baik yang atas maupun yang bawah, serta mengenai seluruh makhluk-Nya, serta mencakup dunia dan akhirat; juga mentadaburi ayat-ayat yang menunjukkan semacam makna ini:

ورحمني وسعت كل شيئ
 “Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.” (Al-A’raf: 156)
ان الله بالناس لرءوف رحيم
   “Sesungguhnya Allah benar-benar  Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.” (Al-Hajj: 65)
وان تعدوا نعمة الله لا تحصوها ان الله لغفور رحيم
 Artinya : dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
            Dengan demikian, jelaslah bahwa yang dimaksud dengan Ar Rahman  adalah yang rahmat-Nya tak terbatas dan meliputi segala sesuatu di dunia, karena bentuk kata/wazan fa’lan itu menunjukkan keluasan, penuh dan banyak. Sedangkan Ar-Rahim, yang rahmat-Nya khusus terhadap kaum muslimin wal mu’miniin di Akhirat yakni Syurganya Allah SWT.















المراجع
v محمّد علي الصّابوني 2002 صفوة التفاسر. دار إحياء التراث العربي
v   جلال الدّين محمد بن أحمد المحلى و جلال الدّين عبد الرّحمن السّيوطى .2008 تفسير الجلالين . الحرمين
v إبن مالك 2005 شرح ألفية إبن عاقيل . دار العابدين سرابيا
v  A.W. Munawwir. 1997. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progresif
v  Hifni Bek Dayab dkk. 2002. Kaidah Tata Bahasa Arab. Jakarta: Bumi Restu
v  Ahmad Musthafa Al-maraghi. 1987. Terjemah Tafsir Al-Maraghi. PT. Karya Toha Putra Semarang.
v  Kitab Samarkandi

sumber gambar : http://media.linkonlineworld.com/img/Large/2013/4/4/2013_4_4_16_38_8_697.jpg