Tuesday, February 7, 2017

Hadits Tentang Menciptakan Tradisi Yang Baik (Riyadh Ash-Shalihin: 172)


Dari Abi Amr bin Jarir bin Abdillah r.a dia berkata : Pada suatu pagi, ketika kami berada dekat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tiba-tiba datang segerombongan orang tanpa sepatu, dan berpaiakan selembar kain yang diselimutkan ke badan mereka sambil menyandang pedang. Kebanyakan mereka, mungkin seluruhnya berasal dari suku Mudlar. Ketika melihat mereka, wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terharu lantaran kemiskinan mereka. Beliau masuk ke rumahnya dan keluar lagi. Maka disuruhnya Bilal adzan dan iqamah, sesudah itu beliau shalat. Sesudah shalat, beliau berpidato. Beliau membacakan firman Allah: "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri…, " hingga akhir ayat, "Sesungguhnya Allah selalu mengawasi kalian." kemudian ayat yang terdapat dalam surat Al Hasyr: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah..., " Mendengar khutbah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam itu, serta merta seorang laki-laki menyedekahkan dinar dan dirhamnya, pakaiannya, satu sha' gandum, satu sha' kurma sehingga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Meskipun hanya dengan setengah biji kurma." Maka datang pula seorang laki-laki Anshar membawa sekantong yang hampir tak tergenggam oleh tangannya, bahkan tidak terangkat. Demikianlah, akhirnya orang-orang lain pun mengikuti pula memberikan sedekah mereka, sehingga kelihatan olehku sudah terkumpul dua tumpuk makanan dan pakaian, sehingga kelihatan olehku wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berubah menjadi bersinar bagaikan emas. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda:

مَنْ سَنَّ في الإِسْلام سُنةً حَسنةً فَلَهُ أَجْرُهَا، وأَجْرُ منْ عَملَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ ينْقُصَ مِنْ أُجُورهِمْ شَيءٌ ، ومَنْ سَنَّ في الإِسْلامِ سُنَّةً سيَّئةً كَانَ عَليه وِزْرها وَوِزرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بعْده مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزارهمْ شَيْءٌ (رواه مسلم)
"Barangsiapa yang memulai mengerjakan perbuatan baik dalam Islam, maka dia akan memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mencontoh perbuatan itu, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang memulai kebiasaan buruk, maka dia akan mendapatkan dosanya, dan dosa orang yang mengikutinya dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun (HR Muslim)

Dari hadits di atas tentang menciptakan tradisi yang baik, kita dapat memahaminya dari nash hadits terlebih dahulu. Dalam hadits itu di jelaskan sesuai sabda Rasul, bahwa sunnah itu merupakan suatu kebiasaan atau pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus. Pada hakikatnya sunnah (kebiasaan atau pekerjaan).

Berdasarkan syarah haditsnya yang di ambil dari syarah shahih muslim, yang bunyi syarahnya yaitu : “hadits tersebut dalam hadits yang terakhir dari bab “ seruan kepada petunjuk (Allah dan Rasul-Nya) dan seruan kepada hal yang menyesatkan. Dua bagian hadits ini (barang siapa yang memulai kebiasaan baik dan barang siapa yang memulai kebiasaan buruk), adalah hadits sharih (jelas) mengenai anjuran terhadap perintah melaksanakan kebaikan dan haramnya melakukan kebiasaan yang buruk. Dan sesungguhnya barang siapa yang memulai kebiasaan baik, maka baginya pahala seperti orang yang mengerjakannya sampai hari kiamat. Dan siapa yang memulai kebiasaan yang buruk maka baginya balasan seperti orang yang berdosa yang melakukannya sampai hari kiamat pula. Sesungguhnya orang yang menyeru terhadap petunjuk allah dan Rasul-Nya maka baginya pahala seperti orang yang mengikutinya. Begitu juga orang yang menyeru terhadap kesesatan, maka baginya dosa seperti orang yang mengikutinya dan hal itu sama saja. Pentunjuk dan kesesatan yang diserukan itu, ialah yang baru dimulai atau yang terdahulu, maka hal itu juga sama saja. Maka hal itu termasuk kepada pembelajaran keilmuan, pembelajaran ibadah, etika atau yang lainnya. Sabda Rasulullah saw (kemudian diamalkan setelahnya), artinya yang melakukan kebiasaan tersebut akan sama pahalanya. Karena amal itu dilakukan selama ia hidup atau sampai ia meninggal dunia. 

Wallahu ‘A’lam.


Sumber Gambar: https://mryanwar.files.wordpress.com/2011/06/tahlilan1.jpg

6 comments:

  1. Riyadhus Sholihin hal brp ? Ana cari hal 172 gak asa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih telah bertanya, itu bukan nomor halaman, tapi nomor hadits, coba lihat cetakan kitab yang mencantumkan nomor haditsnya....

      Delete
    2. Jadi hadis ini meng iya kan bid'ah dong?

      Delete
  2. Hati hati kitab karangan syiah

    ReplyDelete
  3. Hohoho, Hati-hati juga kitab karangan salafi dong.
    Ulama Salaf ASLI seperti imam syafi'i saja membagi dua masalah hal baru dalam agama sebagaimana disebutkan oleh Abu Musim dalam kitabnya. Imam Syafi'i berkata bidah itu terbagi dua. Bid'ah mahmudah (terpuji) dan bid'ah Madzmumah (tercela). Jika sesuai dengan sunnah, maka bid'ah mahmudah, namun jika bertentangan dengan sunnah, maka itu itu bid'ah madzmummah.
    Terus klw beliau imam syafi'i saja membagi seperti itu, mau di cap syiah juga? Apa Sahabat Umar bin Khattab mau di cap syiah juga karena memulai hal baru dalam agama dengan sholat tarawih 20 rakaat? Ilmu bukan hanya di dalam tempurung wahai sang katak. Semakin katak belajar dari berbagai sumber referensi berbeda, maka matanya akan terbuka terhadap luasnya langit ilmu. Ilmu itu masih sangat luas dan dalam, karena memang ketentuan Alloh ta'ala demikian. Sebagaimana cara sholat, ada berbagai perbedaan yg sama2 ada dalil shahihnya. Perbedaan ini terjadi karena Rasulullah sallallahu'alahi wassalam mengatakan sholatlah sebagaimana beliau sholat. Sedangkan sahabat ada ribuan yg melihat beliau sholat, dan pastinya akan ada perbedaan presepsi dan multitafsir yang bisa jadi sama2 shahih. Jadi janganlah katak memfitnah sesat atau syiah hanya karena berbeda pendapat. Wallahu'alam bishawab

    ReplyDelete