Kalo kita mau nge-waqof-in isim yang huruf akhirnya
berharkat, maka ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, huruf akhirnya ha
ta’nis, apaan tuh ha ta’nis? Itu tuh ha yang nunjukin tanda muanas atau
perempuan. Kemungkinan kedua, huruf akhirnya tuh selain ha ta’nis. Kalo emang
huruf akhirnya ha ta’nis, ya gampang aja, tinggal diganti sama ha terus
disukunin. Contohnya kalimat hadza fatimatun kalo diwaqofin jadi hadza fatimah.
Lanjut ke kemungkinan yang kedua, kalo huruf akhirnya selain ha ta’nis,
maka ada lima cara. Saya jelasin satu-satu:
Pertama disukunin aja huruf akhir itu, cara ini yang paling umum
kita temuin kalo mau nge-waqof-in, contohnya kata qoriibun, bentuk
waqofnya jadi qoriib.
Cara yang kedua ada yang namanya ruum, cara ruum ini tuh
harokat huruf akhirnya tetep dibaca tapi dengan cara ringan atau lembut, contoh
lafadz al-‘aziizu, diwaqofin dengan cara ruum jadi al-‘aziizu, huruf
u-nya tetep dibaca tapi ga boleh dibaca terlalu jelas.
Cara yang ketiga, kita kenalan sama yang namanya isymam, yakni
beradunya dua bibir, jadi di akhir waqof isymam bibir atas sama bibir bawah
kita beradu, tapi waqof pake cara ini ada syaratnya, yaitu huruf akhirnya harus
berbaris domah, selain domah kita nggak bisa pake cara isymam.
Selanjutnya ialah tad’if, yaitu dengan cara menggandakan huruf
akhirnya tetapi tetep disukunin, misalnya lafadz al-jamalu, jadinya al-jamall,
huruf l-nya ditebelin. Tapi waqof dengan cara tad’if ini ada tiga syarat,
syarat yang pertama huruf akhirnya ga boleh hamzah, terus yang kedua bukan
huruf illat yakni huruf alif, wawu, atau ya, tambahan syarat yang ke tiga yaitu
huruf sebelum huruf akhirnya ga boleh berharkat sukun, misalnya lafadz himli,
ga bisa ditad’if.
Akhirnya sampe di cara yang terkahir, yaitu naql, caranya pindahin
harkat huruf terakhir ke huruf sebelum akhir, contoh kata dorba kalo mau
diqwaqof naql jadi dorob, dipindahin harkat fathah yang ada di huruf ba ke huruf
ro, dan sukun di huruf ro dipindahin ke huruf ba maka jadilah kata dorob. Buat
waqof naql ini ada satu syarat, yaitu huruf sebelum akhirnya harus berharkat
sukun dan bisa menerima harkat. Soalnya ga bisa kalo huruf sebelumnya bukan
berharkat sukun, misalnya ja’rafu, masa jadi ja’rufa? ga mungkinkan? Terus ada
juga huruf yang ga bisa nerima harkat, misalnya alif pada kata baabu, karena
alif dalam kondisi gimanapun ga bisa dikasih harkat.
Wallahu a’lam.
Sumber Gambar : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjY7mF_JPNu0DDh2WgQJ0vmM2RO7K1UZ_z6lc9sQqh6cXQdH0A03rr1t1V3l4-69anvsNH8i7m4YbuARvLJFae7NgGNTYfep9hJWad0sGHoul7tbSM4etqabggEvzpbeJyDIcKFVgnYyYs/s640/kitab-kuning.jpg
No comments:
Post a Comment