PENDEKATAN, STRATEGI,
METODE, TEKNIK, DAN MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A.
Pendekatan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pendekatan
menurut bahasa berarti proses, cara, atau perbuatan mendekati.[1] Dalam
Bahasa Inggris, pendekatan diterjemahkan dari kata approach. Kata approach
ini sendiri mengandung arti a way of beginning something yang artinya ‘cara
memulai sesuatu’. Dengan demikian, pengertian pendekatan dalam pembelajaran dapat
diartikan sebagai cara untuk memulai pembelajaran. Lebih dari itu, pendekatan dapat
diartikan seperangkat asumsi mengenai proses pembelajaran.
Pendekatan
pembelajaran berbicara tentang sudut pandang kita terhadap serangkaian proses
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses pembelajaran yang masih bersifat sangat umum. Secara garis besar,
pendekatan dalam pembelajaran terbagi dua yaitu: pendekatan pembelajaran yang
berorientasi pada peserta didik (student centered approach) dan pendekatan
pembelajaran yang berorientasi pada pendidik (teacher centered approach).[2]
Para
ahli pendidikan membagi pendekatan pembelajaran menjadi beberapa macam,
diantaranya ialah sebagai berikut:
1.
Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Kontekstual atau dikenal
pula dengan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu konsep
belajar yang membantu pendidik mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi
dunia nyata peserta didik dan mendorong mereka untuk menghubungkan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat. Di dalam konteks ini pendidik perlu membuat peserta didik
mengerti tentang makna belajar serta manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan ini peserta didik akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari saat ini
akan berguna untuk masa depan hidupnya nanti. Sehingga, diharapkan akan membuat
mereka memposisikan sebagai diri sebagai orang yang butuh akan belajar. Dalam pendekatan
pembelajaran kontekstual, setidaknya terdapat lima bentuk belajar, yaitu:
mengaitkan, mengalami, menerapkan, kerjasama, dan mentransfer.
2.
Pendekatan
Deduktif
Pendekatan deduktif ialah pendekatan
dengan menggunakan logika dalam menarik suatu kesimpulan dari seperangkat
premis yang diberikan. Dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif, peserta
didik dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif ini digambarkan
sebagai suatu pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum menjadi sesuatu yang
khusus. Pendekatan deduktif menggunakan penalaran yang berawal dari keadaan
umum menuju keadaan khusus dalam pendekatan pembelajaran. Pendekatan ini diawali
dengan menyajikan aturan, prinsip umum dan diikuti dengan contoh-contoh khusus.
3.
Pendekatan
Induktif
Kebalikan dari pendekatan deduktif,
pendekatan induktif menggunakan pengambilan keputusan dari sesuatu yang
sifatnya khusus menjadi sesuatu yang bersifat umum. Pendekatan Induktif lebih menekankan
kepada pengamatan terlebih dulu, dan menarik kesimpulan kemudian. Pendekatan
ini juga dikenal sebagai sebuah pendekatan dengan cara mengambil kesimpulan
dari hal yang sifatnya khusus menjadi yang umum.
4.
Pendekatan
Konsep
Pendekatan konsep ialah pendekatan
yang mengarahkan peserta didik untuk meguasai konsep dengan benar agar tidak
terjadi kesalahan dalam memahami konsep. Konsep merupakan struktur mental yang
diperoleh dari pengalaman dan pengamatan. Pendekatan ini menyajikan hanya suatu
konsep namun tidak memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk dapat menghayati
proses penyusunan konsep tersebut.
5.
Pendekatan
Proses
Pendekatan proses merupakan
kebalikan dari pendekatan konsep. Pendekatan proses memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menghayati proses penyusunan atau penemuan suatu
konsep sebagai keterampilan proses. Pendekatan proses merupakan pendekatan yang
berorientasi pada proses pembelajaran bukan pada hasil pembelajarannya. Pada
pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses.
Pendekatan proses dianggap penting untuk melatih daya piker, mengembangkan
kemampuan berpikir dan melatih ranah psikomotor peserta didik.
6.
Pendekatan
Saintifik
Kurikulum 2013 pada semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran kurikulum
2013 harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan saintifik, ranah pengetahuan
mentransformasi substansi materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘apa’, ranah
sikap akan berbicara tentang ‘mengapa’ dan ranah keterampilan tentang
‘bagaimana’. Maka dengan ini, hasil yang diinginkan adalah adanya peningkatan
dan keseimbangan bagi peserta didik antara kemampuan untuk menjadi manusia yang
baik dan memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak yang
meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Kurikulum 2013 menekankan pada
dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan saintifik.
Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah dalam pembelajaran meliputi
menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah
data atau informasi, menyajikan data atau informasi, yang kemudian dilanjutkan
dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Pada situasi
dan kondisi tertentu, pendekatan saintifik tidak selalu baik untuk digunakan.
Jika demikian, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menggunakan
nilai-nilai atau sifat-sifat saintifik atau ilmiah.[3]
Dari berbagai keterangan tentang
pendekatan pembelajaran tersebut, maka pendekatan pembelajaran PAI hendaknya
berlandaskan pada nilai-nilai ajaran agama Islam. Dengan demikian pada dasarnya
semua pendekatan tersebut dapat digunakan oleh pendidik pada mata pelajaran
PAI, dengan catatan menyesuaikan sifat materi ajar dengan karakteristik peserta
didik.
B.
Strategi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Strategi
adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Stategi
pembelajaran merupakan turunan dari pendekatan pembelajaran. Menurut Kemp
strategi pembelajaran adalah suatu serangkaian kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan pendidik dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David,
Wina Senjaya menyebutkan bahwa di dalam strategi pembelajaran mengandung makna
perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual
tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan
pembelajaran.[4]
Setidaknya
terdapat empat unsur strategi jika diterapkan dalam konteks pembelajaran,
keempat unsur tersebut adalah menetapkan tujuan pembelajaran, memilih sistem pembelajaran,
menetapkan, metode dan teknik pembelajaran, dan menetapkan kriteria keberhasilan.[5]
Jika
dilihat dari cara penyajiannya, strategi pembelajaran dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu strategi pembelajaran induktif (dari khusus ke umum) dan strategi
pembelajaran deduktif (dari umum ke khusus). Strategi pembelajaran bersifat
konseptual artinya untuk dapat dilaksanakan dalam pembelajaran, maka dibutuhkan
metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, secara sederhana dapat
dikatakan bahwa strategi adalah rencana untuk memperoleh sesuatu, dengankan metode
adalah cara yang digunbakan untuk memperoleh sesuatu tersebut.
1. Strategi
Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah
strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara
verbal dari seorang pendidik kepada sekelompok peserta didik dengan maksud agar
peserta didik dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Strategi
pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajran yang
berorientasi kepada pendidik, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini pendidik
memegang peranan yang sangat penting atau dominan.
2. Strategi
Pembelajaran Inquiry
Pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya
jawab antara pendidik dan peserta didik. Strategi pembelajaran ini sering juga
dinamakan strategi heuristik, yang berasal dari bahasa Yunani yaitu heuriskein
yang berarti “saya menemukan.” Strategi pembelajaran inquiry merupakan bentuk
dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik (student
centered approach). Dikatakan demikian karena dalam strategi ini peserta didik
memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.
3. Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan
sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Di dalam strategi
pembelajaran berbasis masalah ini terdapat 3 ciri utama:
·
Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah
merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak
mengharapkan peserta didik hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian
menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis
masalah peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data
dan akhirnya menyimpulkannya.
·
Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk
menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan
masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah
tidak mungkin ada proses pembelajaran.
·
Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan
metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini
dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah
dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses
penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
4. Strategi
Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan
berpikir merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan
berpikir peserta didik. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan
begitu saja kepada peserta didik, akan tetapi peserta didik dibimbing untuk
proses menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis
yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman peserta didik.
Model strategi pembelajaran peningkatan
kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan
kemampuan berpikir peserta didik melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman
anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajarkan.
Dari pengertian di atas terdapat beberapa hal
yang terkandung di dalam strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir.
Pertama, strategi pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang bertumpu pada
pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai dalam
pembelajaran adalah bukan sekedar peserta didik dapat menguasai sejumlah materi
pelajaran, akan tetapi bagaimana peserta didik dapat mengembangkan
gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal. Kedua,
telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan
kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada
pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari dan berdasarkan kemampuan
anak untuk mendeskripsikan hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan
data yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, sasaran akhir
strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah kemampuan anak
untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.
Berdasarkan
penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa strategi pembelajaran harus
mengandung penjelasan tentang metode dan teknik yang digunakan selama proses
pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain, strategi pembelajaran mempunyai
arti yang lebih luas daripada metode dan teknik. Artinya, metode dan teknik
pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran. Dari metode, teknik
pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat
pembelajaran berlangsung.[6] Dari
pemaparan tentang strategi pembelajaran tersebut,
maka PAI sebagai mata pelajaran dapat menggunakan berbagai strategi yang
disesuaiken dengan keadaan, kondisi, dan kebutuhan. Dengan demikian tujuan yang
diharapkan dari pembelajaran PAI dapat tercapai.
C. Metode Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam
Metode adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji,
dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan. Ada lagi yang memaknai
bahwa metode sebenarnya berarti jalan untuk mencapai tujuan. Jalan untuk
mencapai tujuan itu bermakna ditempatkan pada posisinya sebagai cara untuk
menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan ilmu
atau tersistematisasikannya suatu pemikiran.
Metode dapat diartikan sebagai kegiatan pendidik
dalam kegiatan pendidikan untuk memberikan pemahaman kepada siswa agar mencapai
hasil belajar yang optimal sesuai dengan tujuan pendidikan. Dengan demikian,
metode merupakan bagian penting dalam mencapai keberhasilan pendidikan.[7]
Dari beberapa pengertian yang digabungkan oleh para
pakar di atas tentang pengertian metode pendidikan Islam. Kita dapat
menyimpulkan tentang pengertian metode pendidikan. Seperti yang dikemukakan
oleh al-Syaibaniy yaitu, segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh
guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya,
ciri-ciri perkembangan peserta didiknya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan
membimbing peserta didik untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan
perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.
Mendidik, disamping sebagai ilmu juga sebagai suatu
seni. Seni mendidik atau mengajar disini yang dimaksudkan adalah keahlian di
dalam penyampaian pendidikan atau pengajaran (metode mengajar). Pada
prinsifnya, metode pendidikan itu sama dengan metode mengajar ilmu pengetahuan
umum, walaupun diakui adanya beberapa ciri khusus tersendiri. Banyak buku-buku
yang telah membahas berbagai macam metode dalam mengajar antara lain: Menurut
Dr. Winarno Surachmad dalam bukunya “Interaksi mengajar dan Belajar”,
mengemukakan berbagai metode mengajar dalam kelas, yaitu:[8]
1. Metode
Bercerita
Metode bercerita, secara etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu
kata qashash merupakan bentuk jamak dari qishash, masdar dari qassa,
yaqussu, artinya adalah menceritakan dan menelusuri/mengikuti jejak. Dalam
al-Qur’an lafaz qashash mempunyai makna yaitu kisah atau cerita. Qashash
artinya berita al-Qur’an tentang umat terdahulu.
Metode bercerita adalah cara penyampaian atau
penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada
anak didik. Dalam kegiatan pelaksanaannya metode bercerita dilaksanakan dalam
upaya memperkenalkan, memberikan keterangan, atau penjelasan tentang hal-hal
baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai
kompetensi dasar.
Metode bercerita memiliki kelebihan dibanding dengan
metode lainnya dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam. Kelebihan
metode bercerita ini memiliki kelebihan dalam pembelajaran PAI, yaitu; dapat
mengaktifkan dan membangkitkan semangat peserta didik; mengarahkan emosi
menyatu pada kesimpulan; memikat; mempengaruhi emosi; dan membekas dalam jiwa
dan menarik perhatian.[9]
Adapun langkah-langkah bercerita yaitu:
a) Langkah
pertama adalah menetapkan tujuan dari metode bercerita. Agar proses pendidikan
dapat terlaksana dengan baik dan mencapai sasaran, maka salah satu faktor
penting yang harus diperhatikan adalah menentukan tujuan dari pembelajaran
tersebut.
b) Guru
PAI hendaknya memilih jenis cerita yang sangat ia kuasai. Seorang guru PAI
tetap dituntut untuk menguasai penceritaan berbagai jenis dongeng tentunya
dengan latihan yang dilakukan terus-menerus.
c) Alat
peraga dalam bercerita sangat penting untuk dipersiapkan. Sebab bercerita itu
dapat dibagi menjadi dua yaitu bercerita tanpa menggunakan alat peraga dan
bercerita dengan mengunakan alat peraga.
d) Langkah
keempat dalam menggunakan metode bercerita adalah perhatikan posisi duduk
peserta didik. Ketika bercerita, yang diharapkan adalah perhatian para peserta
didik dengan sepenuh hati dan pikiran mereka.
e) Langkah
kelima dalam metode bercerita adalah guru PAI memperhatikan peserta didik dalam
penyimakan agar peserta didik dapat memperhatikan cerita.
f) Menceritakan
isi cerita dengan lengkap, Pada tahap ini, guru pendidikan agama Islam harus
dengan jelas menceritakan cerita yang telah disusun dengan baik agar peserta
didik dapat mengikuti secara maksimal.
g) Menggunakan
gaya bahasa yang baik dan mudah dimengerti peserta didik. Dalam proses
bercerita, menggunakan bahasa yang baik dan mudah, memiliki gaya bahasa yang
sesuai bagi guru.
h) Intonasi
guru dalam bercerita sangatlah penting dalam sebuah cerita di waktu mengajar.
Pada permulaan cerita guru hendaknya memulainya dengan suara tenang. Kemudian
mengeraskannya sedikit demi sedikit. Perubahan naik-turunnya cerita harus
sesuai dengan peristiwa dalam cerita.
i) Membuat
puncak konflik. Puncak konflik ini dapat dilihat dari isi cerita dan ini memang
harus betul-betul diperhatikan oleh guru PAI.
j)
Penampakan
emosi. Saat bercerita guru harus dapat menampakkan keadaan jiwa dan emosi para
tokohnya dengan memberi gambaran kepada pendengar bahwa seolah-olah hal itu
adalah emosi guru itu sendiri.
2. Metode
Tanya Jawab
Metode
tanya jawab ialah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan
dan murid menjawab. Atau suatu metode di dalam pendidikan dimana guru bertanya
sedang murid menjawab tentang bahan atau materi yang ingin diperolehnya.[10]
Metode ini dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan, fakta-fakta tertentu yang
sudah dijarkan dan untuk merangsang perhatian murid dengan berbagai cara
(sebagai apersepsi, selingan dan evaluasi). Metode tanya jawab tepat
dipergunakan:
a) Untuk
mengarahkan anak agar perhatiaanya terarah kepada masalah yang sedang
dibicarakan.
b) Untuk
mengarahkan proses berpikir anak didik.
c) Sebagai
bahan ulangan/ evaluasi kemampuan materi yang telah dikuasai anak didik.
d) Sebagai
penambah metode ketika metideh ceramah telah dipergunakan.
3. Metode
Diskusi
Metode
diskusi ialah suatu metode di dalam mempelajari bahan atau menyampaikan bahan
dengan jalan mendiskusikannya, sehingga berakibat menimbulkan pengertian serta pengubahan
tingkah laku murid. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang murid berfikir dan
mengeluarkan pendapat sendiri, serta ikut menyumbangkan pikiran dalam satu
masalah bersama yang terkandung banyak kemungkinankemungkinan jawaban.
Diskusi
juga berarti suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil
kesimpulan. Diskusi tidak sama dengan berdebat. Diskusi selalu diarahkan apada
pemecahan masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya diambil
suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh anggota dalam kelompoknya. [11] Kelebihan
metode diskusi ialah:
a) Suasana
kelas lebih hidup, sebab anak-anak mengarahkan perhatiannya kepada masalah yang
sedang didiskusikan, partisipasi anak dalam metode ini lebih baik.
b) Dapat
menaikkan prestasi kepribadian individu, seperti: toleransi, demokratis,
berfikir kritis, sistimatis, dabar dan sebagainnya.
c) Kesimpulan
hasil diskusi mudah dipahami anak, karena anak-anak mengikuti proses berpikir
sebelum sampai kepada suatu kesimpulan.
d) Anak-anak
dilatih belajar mematuhi peraturan dan tata tertib dalam suatu diskusi sebagai
latihan pada musyawarah yang sebenarnya.
4.
Metode Ceramah
Metode
ceramah ialah suatu metode dalam pendidikan dimana cara menyampaikan
pengertian-pengertia materi kepada anak didik dengan jalan memberi penerangan
dan penuturan secara lisan. Untuk penjelasan uraiannya guru dapat mempergunakan
alat-alat bantu mengajar yang lain, misalnya: gambar-gambar, peta, denah, dan
alat peraga lainnya. Metode ceramah efektif dipergunakan:
a) Apabila
akan menyampaikan bahan atau materi kepada banyak orang.
b) Apabila
penceramahnya orang pembicara yang baik dan berwibawa.
c) Apabila
tidak ada waktu untuk berdiskusi dan bahan pelajaran yang akan disampaikan
terlalu banyak.
d) Apabila
bahan atau materi yang akan disampaikan hanya merupakan keterangan atau
penjelasan (tidak dapat alternatif yang lain yang dapat didiskusikan)
Adapun kelebihan metode ceramah, diantaranya:
a) Dalam
waktu relatif singkat dapat disampaikan bahan sebanyakbanyaknya.
b) Organisasi
kelas lebih sedrhana, tidak peerlu mengadakan pengelompokan murid-murid seperti
metode yang lain.
c) Guru
dapat menguasai seluruh kelas dengan mudah, walaupun jumlah cukup besar.
d) Apabila
penceramah berhasil baik, dapat menimbulkan semangat, kreasi dan konstruktif,
yang merangsang murid-murid untuk melaksanakan suatu tugas/ pekerjaan.
e) Metode
ini lebih fleksibel dalam asrti bahwa jika waktu terbatas (sedikit) bahan dapat
dipersingkat, diambil hal-hal yang penting saja, dan sebaliknya apabila
waktunya memungkinkan (banyak) dapat disampaikan bahan yang banyak dan
mendalam.
5. Metode
Demonstrasi
Metode
demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara mendemokan atau memperlihatkan
suatu proses. Metode ini, biasanya cocok digunakan untuk mengajarkan suatu
pembentukan suatu konsep atau proses suatu percobaan dalam suatu materi yang
diajarkan. Metode demonstrasi dalam prakteknya memerlukan sejumlah alat peraga.
Kelebihan metode demonstrasi antara lain:
a) Siswa
akan terpusat perhatiannya terhadap kegiatan demonstrasi yang dilakukan.
b) Suasana
belajar tidak pasif, tetapi terjadi interaksi yang dinamisanatara guru dengan
siswa.
c) Siswa
terangsang untuk berpikir kritis
d) Memberikan
pengalaman yang bersifat praktis sehingga siswa lebih mudah memahami konsef.
e) Siswa
lebih mudah mengambil kesimpulan
f) Siswa
bisa langsung mendapat jawaban dari guru terhadap pertanyaan-pertanyannya yang
kemungkinan besar menjadi faktor penghambat siswa memahami suatu materi.
D. Tenik Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam
Teknik
pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode
ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik
tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode
ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan
penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang
siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal
ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang
sama.
Menurut
Gerlach dan Ely teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru
untuk mengarahkan kegiatan peserta didik kearah tujuan yang ingin dicapai.
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, teknik diartikan sebagai metode atau sistem
mengerjakan sesuatu, cara membuat atau melakukan sesuatu yang berhubungan
dengan seni. Dengan demikian, Teknik Pembelajaran adalah perencanaan yang
berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Secara umum ada empat dasar dalam
menentukan teknik pembelajaran, yakni:
a)
Mengindentifikasikan
dan menetapkan kekhususan perubahan perilaku peserta didik yang diharapkan.
b)
Memilih
sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan cita-cita dan pandangan hidup
masyarakat.
c)
Memilih
dan menetapkan metode belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif
sehingga dapat dijadikan pegangan oleh pendidik dalam menunaikan tuganya.
d)
Memilih
dan menetapkan ukuran keberhasilan kegiatan belaja rmengajar sehingga dapat
dijadikan pedoman oleh guru untuk melakukan evaluasi (penilaian).
Selain
empat dasar diatas, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan juga sebelum
mengembangkan teknik pembelajaran pendidikan agama, yakni:
a)
Tujuan
pembelajaran umum pendidikan Agama Islam (dapat dilihat pada silabus atau
garis-garis besar program pembelajaran yang diberlakukan)
b)
Karakteristik
bidang studi pendidikan Agama Islam
c)
Karakteristik
siswa yang akan mengikutinya (dapat diketahui melalui tes secara lisan maupun
tertulis, angket dan lainnya)
E. Model Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam
Model pada hakikatnya merupakan
visualisasi atau kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan
kegiatan. Komaruddin berpendapat bahwa: Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu
tipe atau desain; (2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk
membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati;
(3) suatu system asumsi-asumsi, data-data, dan informasi-informasi yang dipakai
untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek atau peristiwa; (4) suatu
desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas
yang disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau
imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan da n
menunjukkan sifat bentuk aslinya.
Dalam konteks pembelajaran,
sebagaimana diungkapkan Sukmadinata, bahwa model merupakan suatu desain yang
menggambarkan suatu proses, rincian dan penciptaan lingkungan belajar yang
memungkinkan peserta didik berinteraksi, sehingga terjadi perubahan atau
perkembangan pada diri peserta didik. Sedangkan Joyce & Weil, menjelaskan
bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Model pembelajaran di susun berdasarkan
prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis
sistem, atau teori-teori lain yang mendukung untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan. Model pembelajaran juga mengacu pada pendekatan pembelajaran
yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap
dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajar-an, dan pengelolaan kelas.
Model pembelajaran yang berisi
langkah-langkah pembelajaran seringkali pula di pandang sebagai sebuah strategi
pembelajaran yang memiliki pengertian hampir sama dengan model pembelajaran,
sebagaimana dikemukakan Sanjaya bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Di bawah ini dikemukakan beberapa
contoh kegiatan pembelajaran yang cukup efektif dan efisien di kelas yang
ditawarkan oleh Kemendiknas, yaitu:
1.
Pembelajaran Model PAKEM (Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan)
Prinsip-prinsip
yang menonjol dalam pembelajaran model PAKEM di antaranya adalah peserta didik
harus aktif dalam pembelajaran ini dan pembelajaran harusmenyenangkan peserta
didik. Pembelajaran harus dikemas agar peserta didik benar-benar aktif dan
kreatif, misalnya dengan menkondisikan peserta didik aktif belajar dan
melakukan sesuatu. Guru tidak lagi ceramah yang membuat peserta didik hanya
pasif mendengarkan ceramahnya. Ceramah diperlukan bila perlu. Untuk membuat
peserta didik senang dalam belajar maka guru harus memfasilitasi peserta didik
dengan berbagai media atau alat yang mendukung pembelajaran, misalnya dengan
media komputer (laptop), LCD, atau media lain yang memungkinkan peserta didik
untuk senang dalam belajar. Yang juga harus diperhatikan bahwa pembelajaran
harus tetap efektif, yakni mencapai tujuan yang direncanakan. Sebagai contoh,
ketika membelajarkan al-Quran, peserta didik dikondisikan untuk belajar
langsung melafalkan ayat-ayat al-Quran dibantu dengan media yang mendukung.
Guru terus memantau peserta didik dalam proses pembelajaran agar efektif.
2.
Pembelajaran
Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang menekankan kerjasama di antara peserta
didik di kelas. Banyak model pembelajaran yang bisa dilakukan dalam rangka
pembelajaran kooperatif, misalnya model diskusi kelompok, diskusi kelas, Team
Game Tournament (TGT), model Jigsaw, Learning Together (belajar
bersama), dan lain sebagainya. Sebagai contoh, untuk mempelajari sejarah Nabi
Muhammad saw. peserta didik melakukan diskusi kelompok dengan tema-tema diskusi
yang sudah ditentukan, sehingga dalam waktu yang singkat bisa diperoleh informasi
yang lebih komprehensif tentang sejarah Nabi Muhammad saw. Melalui model ini
guru bisa mengamati bagaimana peserta didik berdiskusi sambil memberikan
penilaian proses terutama dalam penerapan nilai-nilai karakter, misalnya
kecerdasan, keingintahuan, kesantunan, kedemokratisan, dan lain sebagainya.
Peserta didik juga diminta untuk meneladani karakter-karakter mulia yang ada
pada diri Nabi Muhammad saw. seperti kejujuran, kecerdasan, kesabaran,
kesantunan, kepedulian, dan ketangguhan.
3.
Pemodelan
Dalam
pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) terutama untuk
pembinaan karakter para siswa, pemodelan (pemberian uswah hasanah atau teladan
yang baik) merupakan metode yang cukuf efektif. Yang menjadi model utama dalam
hal ini adalah guru agama dan semua guru yang ada di sekolah. Guru agama harus
menjadi model dalam berkarakter di hadapan para siswa dalam berbagai hal,
terutama karakter-karakter yang ditargetkan, seperti kereligiusan, kejujuran,
kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, dan kedemokratisan. Dalam aktivitas
sehari-hari di kelas dan sekolah khususnya dan di luar sekolah umumnya, guru
harus menjadi model berkarakter di hadapan para siswa. Karena itu, guru PAI
harus menunjukkan kejujuran di hadapan para siswa, memiliki kecerdasan yang tinggi
terutama terhadap kompetensi-kompetensi PAI, memiliki ketangguhan untuk
mendidik dan berdakwah, memiliki kepedulian dan tangguh jawab yang tinggi,
harus demokratis dalam proses pembelajaran di kelas, dan menunjukkan
karakter-karakter mulia lainnya di hadapan para siswa. Guru juga bisa
menunjukkan beberapa model dari tokoh-tokoh berkarakter yang berhasil dalam
hidupnya, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia. Misalnya
untuk memotivasi siswa agar jujur, gurumemodelkan Nabi Muhammad saw., agar
siswa cerdas, guru memodelkan Prof. Dr. Ing. Habibie, dan lain sebagainya.
4.
Pembelajaran
Afektif
Pembelajaran
afektif adalah model pembelajaran yang menekankan tumbuhnya sikap pada diri
peserta didik dari proses pembelajaran yang diikuti. Dalam pembelajaran model
ini peserta didik antara lain diminta untuk berinteraksi dengan sumber-sumber
belajar agar mencapai hasil belajar yang baik. Guru selalu memberi motivasi
kepada peserta didik agar menyadari apa yang dipelajari dan mensikapinya dengan
benar. Dalam beberapa kasus, pembelajaran sikap merupakan tujuan atau sasaran
utama dari suatu pembelajaran. Kampanye anti-narkoba dan pelatihan-pelatihan
yang berkaitan dengan penanganannya misalnya, adalah contoh dari model
pembelajaran ini. Sebagai contoh dalam pembelajaran PAI, peserta didik diajak
untuk memerhatikan betapa Allah swt. sudah memberikan kenikmatan yang begitu
banyak kepadanya, seperti kelengkapan dan kesempurnaan bentuk fisiknya,
sehingga tumbuh kesadaran untuk bersyukur (berterima kasih) kepada-Nya.
Bagaimanapun juga, pembelajaran sikap adalah salah satu komponen atau fokus
utama dari suatu pembelajaran, terutama dalam rangka pendidikan karakter.
[1] Departemen
Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2008)
[2] Heri Gunawan, Kurikulum
dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: ALFABETA, 2013), h. 163.
[3] Nina Sakinah,
2014, Macam-Macam Pendekatan Pembalejaran, http://sakinahninaarz009.blogspot.
co.id/2014/06/macam-macam-pendekatan-pembelajaran.html diakses 20
Maret 2018.
[4] Wina Sanjaya, Perencanaan
dan Desain Sistem Pembelajaran. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008).
[5] Abin
Syamsuddin Makmun, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Rosdakarya Remaja,
2003)
[6] Rito Kurniawan, Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran, dari https://ritokurniawan.wordpress.com/
2012/05/14/jenis-jenis-strategi-pembelajaran/,
diakses pada 20 Maret 2018
[7] Syahidin Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Quran
[8]
Drs. H. Zuhairini, Drs. Abdul Ghogur, dan Drs. Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus
Pendidikan Agama, (Surabaya: Biro Ilmiah akultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel
Malang, 1983), h. 82
[9] Jurnal
Al-Thariqah Vol. 1, No. 1, Juni 2016 7
[10]
Drs. Abu Ahmadi, Metodik Khusus Pendidikan Agama (MKPA), (Bandung:
Armico, 1985), h.113
[11]
Drs. Abu Ahmadi, Metodik... h.114
IZIN JADIKAN REFERENSI
ReplyDeletetrimakasih ulmu nya
ReplyDeleteizin referensi