1. Nash dan Terjemah Hadits
حَدَّثَنَا إِسْحَاق أَخْبَرَنَا عَبْد
الرَّزَّاق أَخْبَرَنَا مُعَمَّر عَنْ هَمَّام عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ إِلَّا يُولَدُ
عَلَى الفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ كَمَا تُنْتَجُونَ
البَهِيْمَةُ هَلْ تَجِدُوْنَ فِيْهَا مِنْ جَدْعَاءَ حَتَّى تَكُوْنُوْا أَنْتُمْ
تَجْدَعُوْنَهَا
. قَالُوا
يَا رَسُولَ الله أَفَرَأَيْتَ مَنْ يَمُوْتُ وَهُوَ صَغِيْرٌ ؟ قَالَ : اللهُ أَعْلَمُ
بِمَا كَانْوا عَامِلِيْنَ
“Telah
menceritakan kepada kami Ishaq, telah memberitakan kepada kami Abdur Razzaq,
telah memberitakan kepada kami Mu’ammar dari Hammam dari Abu Hurairah r.a., ia
telah berkata: Rasulullah s.a.w. telah bersabda: Setiap anak itu dilahirkan
dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang
Yahudi, atau seorang Nasrani. Sebagaimana binatang itu dilahirkan dengan
lengkap. Apakah kamu melihat binatang lahir dengan terputus (hidung, telinga,
dan sebagainya)? Mereka bertanya: Wahai Rasulullah bagaimana pendapatmu tentang
anak kecil yang meninggal dunia? lalu beliau menjawab: Allah lebih tahu tentang
apa yang pernah mereka kerjakan.”[1]
2. Analisis Kualitas Hadits
Setelah
penyusun melakukan takhrij pada hadits di atas, penyususn menemukan 49
hadits serupa yang tersebar di dalam beberapa kitab hadits. Dengan demikian
terdapat beberapa jalur periwayatan hadits tersebut. Berikut ini penjabarannya:
NO
|
NAMA
KITAB
|
JUMLAH
HADITS
|
1
|
صحيح البخاري
|
2
|
2
|
صحيح مسلم
|
1
|
3
|
سنن أبي داود
|
1
|
4
|
سنن النسائى الصغرى
|
2
|
5
|
مسند أحمد بن حنبل
|
6
|
6
|
المستدرك على الصحيحين
|
1
|
7
|
السنن الكبرى للنسائي
|
2
|
8
|
مسند أبي داود الطيالسي
|
1
|
9
|
مسند ابن أبي شيبة
|
1
|
10
|
البحر الزخار بمسند البزار
10-13
|
1
|
11
|
مسند أبي يعلى الموصلي
|
1
|
12
|
كشف الأستار
|
1
|
13
|
المعجم الأوسط للطبراني
|
1
|
14
|
المعجم الكبير للطبراني
|
2
|
15
|
حديث أبي الفضل الزهري
|
1
|
16
|
جزء من حديث أبي العباس
الأصم
|
1
|
17
|
الأربعين المستخرجة من
الصحاح من روايات المحمدين
|
1
|
18
|
الفوائد المنتقاة عن
الشيوخ الثقات لأبي سعد المظفر
|
1
|
19
|
الرابع من حديث شعبة
وسفيان مما أغرب بعضهم على بعض
|
1
|
20
|
كتاب الإغراب للنسائي
|
1
|
21
|
تلخيص المتشابه في
الرسم
|
1
|
22
|
السنة لابن أبي عاصم
|
1
|
23
|
السنة لعبد الله بن
أحمد
|
1
|
24
|
القدر للفريابي
|
6
|
25
|
الشريعة للآجري
|
4
|
26
|
الإبانة الكبرى لابن
بطة
|
1
|
27
|
شرح أصول اعتقاد أهل
السنة والجماعة للالكائي
|
1
|
28
|
القضاء والقدر للبيهقي
|
2
|
29
|
التمهيد لابن عبد البر
|
3
|
JUMLAH
|
49
|
Kemudian
hadits tersebut dianalisis dengan cara tashih. Pertama penyusun
mengidentifikasi para perawi hadits tersebut. Berikut ini hasilnya:
No
|
Nama
Rawi
|
Jarh
dan Ta’dil
|
1
|
Ishaq bin
Ibrahim
|
Tsiqoh,
Hafidz, Imam
|
2
|
Abdur Rozzaq
|
Tsiqoh,
Hafidz
|
3
|
Muammar bin
Rosyad
|
Tsiqoh,
Fadhil
|
4
|
Hammam bin
Munabbih
|
Tsiqoh
|
5
|
Abdurrohman
(Abu Hurairoh)
|
Sahabiy
|
Berdasarkan data ini, maka kita dapat mengatakan seluruh perawinya
‘adil, matannya mafru dan sanadnya muttasil. Kemudian jika
ditinjau berdasarkan i’tibar diwan, hadits ini berada di dalam kitab Shahih,
yang diyakini hanya memuat hadits-hadits shahih. Maka dari semua tinjauan
ini, dapat dinyatakan bahwa kualitas hadits ini adalah shahih.
3. Analisis Isi Kandungan Hadits
Salah satu tujuan pendidikan itu
adalah untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri peserta didiknya yakni
yang dikenal dengan konsep fitrah. Dalam hadis di atas dijelaskan bahwa setiap
insan itu dilahirkan dalam keadaan memiliki fitrah. Fitrah tersebut dapat
dikembangkan sesuai dengan lingkungan pendidikan yang mengitarinya.
Terdapat tiga macam kelompok sosial
dalam dunia pendidikan, yang berfungsi sebagai lingkungan pendidikan, yaitu
keluarga, masyarakat, dan sekolah. Diantara tiga macam lingkungan pendidikan
itu keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang terpenting, karena keluarga
adalah lingkungan yang pertama kali memberikan pengalaman pendidikan pada
seorang anak.
Dalam pendidikan, Islam memandang
adanya pengaruh lingkungan terhadap perkembangan seseorang. Namun tidak berarti
manusia itu dilahirkan dalam keadaan seperti kertas putih kosong yang belum
ditulisi, tetapi pada setiap diri manusia itu, Allah telah menciptakan fitrah
yaitu kesucian iman kepada Allah SWT. Iman yang suci dapat kotor, apabila
manusia tidak dapat menggunakan akal sehatnya karena pengaruh lingkungan
keluarga.
Hadis diatas dengan tegas
menunjukkan, bahwa keluarga (terutama kedua orang tua) bertanggung jawab
terhadap anaknya. Apakah anak tersebut tetap pada fitrahnya yaitu beriman
kepada Allah Yang Maha Esa, atau malah menyalahi fitrahnya, menjadi pengikut
faham lain seperti Yahudi, Nasrani, atau yang lainnya. Maka maksud hadis Nabi
tersebut adalah seseorang itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, yakni bahwa
setiap manusia itu lahir kedunia dalam keadaan membawa potensi atau naluri ke-tauhidan (dalam
keadaan beriman kepada Allah SWT. Sebagaimana dalam firman Allah dalam Surah Ar-Ruum
ayat 30:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا
فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ
اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Dalam Ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa dia menciptakan manusia
menurut fitrah-Nya. Maksud fitrah Allah disini adalah tabiat asli yang
diciptakan Allah pada setiap diri manusia, yaitu tabiat beriman kepada Allah
SWT (potensi ketauhidan), sesuai dengan hasil pemikiran akal yang sehat.
Jika manusia memiliki rangkaian yang
bersifat fitrah, maka kita mesti pula memperbincangkan tentang masalah
pendidikan dalam perspektif persoalan fitrah ini. Bahkan istilah pendidikan
yang digunakan di sini, pada dasarnya terbentuk atas asas tersebut. Karena yang
dimaksud dengan pendidikan adalah rekayasa dan usaha untuk menyempurnakan
kecerdasan dan pertumbuhan manusia.[2]
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tujuan besar pendidikan perspektif hadits tersebut adalah untuk
mengembangkan potensi manusia, mengarahkan tingkah lakunya agar menjadi lebih
baik, memiliki lebih sempurna pengabdiannya kepada Allah SWT, serta memiliki
kemanfaatan yang luas bagi manusia lainnya.[3]
[1] Muhammad bin
Ismail Al-Bukhari, Al-Jaami’ As-Shahih Juz 4, (Kairo: Al-Maktabah
As-Salafiyah, 1978) Hadits No. 6599 Kitab Al-Qadr BAB Allah Maha Mengetahui
Segala yang Mereka Kerjakan, h.209
[2] Murtadha
Muthahhari, Fitrah, (Jakarta: PT Lentera Basritama, 2001), 2.
[3] M. Ainur
Rasyid, Hadits-Hadits Tarbawi, (Yogyakarta: DIVA Press, 2017), 25.
No comments:
Post a Comment