Saturday, October 14, 2017

Hadits tentang Definisi Pendidikan

1.    Nash dan Terjemah Hadits
عَنْ أَبُو عُبَيْدَةَ عَنْ جَابِرِ بْنِ زَيْدٍ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ ، فَإِنَّ تَعَلُّمَهُ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ ، وَتَعْلِيمُهُ لِمَنْ لا يَعْلَمُهُ صَدَقَةٌ، وَإِنَّ الْعِلْمَ لَيَنْزِلُ بِصَاحِبِهِ فِي مَوْضِعِ الشَّرَفِ وَالرِّفْعَةِ ، وَالْعِلْمُ زَيْنٌ لأَهْلِهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ "
“Dari Jabir Bin Zaed, ia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat.”[1]

2.    Analisis Kualitas Hadits
Kualitas sebuah hadits dapat ditentukan dengan melakukan dua cara, yakni tashih dan i’tibar, yang keduanya memerlukan takhrij terlebih dahulu. Tashih dengan menentukan kualitas hadits berdasarkan kajian dirayahnya dengan menilai rawi dan sanad. I’tibar yaitu menentukan kualitas hadits berdasarkan kitab hadits, berdasarkan syarahnya dan berdasarkan pembahasan kitabnya. Takhrij adalah menunjukkan tempat hadits pada sumber aslinya yang mengeluarkan hadits tersebut dengan sanadnya dan menjelaskan dan menjelaskan derajatnya ketika diperlukan.[2]
Setelah penyusun melakukan takhrij pada hadits di atas, penyusun hanya menemukan satu hadits pada satu kitab sumber saja, yakni kitab Musnad Ar-Rabii’ bin Habiib pada BAB ilmu, menuntut ilmu, dan keutamaan ilmu. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada jalur periwayatan lain selain jalur periwayatan hadits yang dicantumkan pada kitab ini.
Kemudian hadits tersebut dianalisis dengan cara tashih. Pertama penyusun mengidentifikasi para perawi hadits tersebut. Berikut ini hasilnya:
No
Nama Rawi
Jarh dan Ta’dil
1
Muslim bin Abi Karimah (Abu Ubaidah)
Majhul
2
Jabir bin Zaed
Tsiqoh

Berdasarkan data ini, maka diragukan matannya mafru dan sanadnya muttasil. Kemudian jika ditinjau berdasarkan i’tibar diwan, hadits ini berada di dalam kitab Musnad, yang memungkinkan adanya hadits-hadits shahih, hasan, dan dhaif. Maka dari semua tinjauan ini, dapat dinyatakan bahwa kualitas hadits ini adalah dhaif.

3.    Analisis Isi Kandungan Hadits
Pada hadits tersebut, dijelaskan bahwa menuntut ilmu adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Walaupun teks tersebut tidak secara eksplisit menjelaskan tentang pengertian pendidikan, namun di dalamnya terdapat isyarat yang dapat diambil berkenaan dengan definisi atau pengertian pendidikan. Berdasarkan hadits di atas, dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah segala upaya untuk membuat manusia dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Pendidikan merupakan proses bagi manusia untuk mencapai derajat kesempurnaannya sebagai manusia. Dalam perspektif Islam, konsep manusia sempurna (insan kamil) adalah manusia yang senantiasa mengingat Allah dengan selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Dengan kata lain, secara tidak langsung, proses pendekatan diri kepada Allah inilah yang dimaksud dengan pendidikan.
Derajat hadits ini memang dhaif yang berarti tidak dapat dijadikan sebagai hujjah, namun bukan berarti tidak bisa diamalkan sama sekali. Karena jika ditinjau dari maknanya, tidak ada kejanggalan atau pertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur’an ataupun hadits-hadits shahih. Jika kita tinjau lebih jauh lagi, bahkan hadits ini dapat dikatakan ber-munasabah dengan ayat-ayat dan hadits-hadits lain yang bersinggungan dengan pendidikan.
Misalnya saja di dalam QS. Al-Mujadalah ayat 11 yang menyatakan bahwa Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan. Pengangkatan derajat ini dapat diartikan pula pendekatan kepada Allah. Kemudian hadits ini juga bersinggungan dengan hadits shahih yang menjelaskan bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang Islam baik laki-laki maupun perempuan. Dengan menjalankan kewajiban kita untuk menuntut ilmu berarti telah melakukan proses pendekatan diri kepada Allah, dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Hadits di atas memang tidak dapat dijadikan hujjah, manun masih dapat kita jadikan motivasi dalam menuntut ilmu. Bukan berarti kita mengamalkan hadits tersebut secara langsung, kita hanya cukup mengetahui saja bahwa ada hadits dengan teks seperti itu dan kedudukan hadits tersebut adalah hadits dhaif. Maka yang kita amalkan adalah ayat Al-Qur’an atau hadits lain yang dapat dijadikan hujjah dengan memposisikan hadits tersebut di atas sebagai keterangan yang menjadi generalisasi dari berbagai keterangan yang berkaitan.




[1] Ar-Rabii’ bin Habiib, Musnad Ar-Rabii’ bin Habiib, (islamweb.net), Hadits No. 24 BAB Ilmu, menuntut ilmu, dan keutamaan ilmu.
[2] Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadits, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012), 189.

No comments:

Post a Comment