A. HAKIKAT ILMU
Apa
yang dimaksud dengan ilmu? Ilmu merupakan suatu istilah yang digunakan untuk pengetahuan
sains. Sebenarnya penggunaan istilah ilmu ini masih sangat membingungkan. Kata
“ilmu” berasal dari Bahasa Arab, “alima
ya’lamu” yang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia artinya
pengetahuan. Sedangkan kata ilmu itu sendiri seringkali disandingkan dengan
kata pengetahuan, menjadi kata majemuk “ilmu pengetahuan” sebagai istilah yang
merujuk kepada kata sains, padahal sesungguhnya ilmu adalah bagian dari
pengetahuan.[1]
Untuk
mengetahui hakikat ilmu, perlu diketahui terlebih dahulu tentang macam-macam pengetahuan.
Ahmad Tafsir membagi pengetahuan manusia menjadi tiga macam, yaitu pengetahuan
sains (ilmu atau ilmu pengetahuan), pengetahuan filsafat, dan pengetahuan mistik.[2]
Sains atau ilmu atau ilmu pengetahuan dikatakan sebagai kesimpulan sesuatu
yang didapatkan seseorang melalui panca indera, baik dengan melihat, mendengar,
mengucap, menyentuh, mencium, merasa, dan sebagainya.[3]
Dengan kata lain ilmu merupakan pengetahuan inderawi dengan dasar penalaran
yang bersifat logis. Sederhananya, ilmu itu haruslah logis dan empiris. Jika
hanya menggunakan penalaran logis yang tidak empiris, maka disebut dengan
filsafat. Jika hanya empiris tetapi tidak logis, maka disebut takhayul. Jika
hanya mengandalkan rasa atau keyakinan semata, maka hal itulah yang disebut dengan
pengetahuan mistik.
Ilmu merupakan rangkaian aktivitas manusia yang dilaksanakan
dengan metode tertentu yang akhirnya metode itu menghasilkan pengetahuan
ilmiah. Jadi, ilmu merupakan pengetahuan dari proses yang telah memenuhi
persyaratan-persyaratan keilmiahan. Ilmu dalam pengertian di atas adalah
pengertian ilmu dalam konteks ilmu pengetahuan ilmiah.
Ilmu
merupakan kumpulan pengetahuan yang dapat diandalkan dan berguna bagi kita
dalam menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol gejala-gejala alam. Kata ilmu
merupakan terjemahan dari kata “science”,
yang secara etimologis berasal dari kata latin “scinre”, artinya “to know”.
Namun, pengertian science ini sering
salah diartikan, dan direduksi berkaitan dengan ilmu alam semata padahal tidak
demikian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu merupakan pengetahuan
tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu,
yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan)
itu. Pendapat lain menerangkan bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang
mengembangkan dan melaksanakan aturan-aturan mainnya dengan penuh tanggung
jawab dan kesungguhannya.[4]
Melalui pendapat tersebut dipahami bahwa ilmu merupakan pengembangan dari
pengetahuan yang memiliki aturan tertentu dan dapat diuji kebenarannya karena
berkaitan dengan penafsiran suatu hal yang pada umumnya berlaku secara umum.
Ilmu pengetahuan adalah
kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (obyek/ lapangan), yang
merupakan kesatuan yang sistematis dan memberikan penjelasan yang sistematis
yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab hal atau
kejadian itu.[5]
Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan, maka ilmu menunjukan perkembangan
pengetahuan manusia yang telah tersusun secara lebih terstruktur dan dapat
diuji kebenarannya oleh semua orang. Pada akhirnya alam semesta dapat
diterjemahkan oleh manusia menggunakan cara-cara yang lebih sesuai dengan
dinamika alam apa adanya. Berdasarkan kajian-kajian yang ada, maka dapat
disimpulkan bahwa ilmu sebagai bagian dari pengetahuan memiliki ciri-ciri yang
membedakannya dari pengetahuan lain, yaitu: logis, sistematis, universal dan
empiris. Logis menunjukan bahwa ilmu dapat dijangkau dan diterima oleh nalar
manusia. Karena sifatnya dapat teramati oleh indera manusia atau dapat
dijangkau oleh alat-alat yang mampu membantu indera manusia dalam menafsirkan
gejala alam. Sistematis menunjukkan pada sebuah hal yang runut, memiliki
tahapan-tahapan yang jelas dalam memahaminya. Universal, bersifat menyeluruh
yang berarti ilmu pengetahuan berlaku secara umum. Sedangkan empiris menunjukan
bahwa semua orang dapat mengalami ilmu pengetahuan itu atau dapat mengembangkan
ilmu tersebut. Cerita tentang tanaman padi kita tadi yang tiba-tiba mengering
secara tidak terprediksikan, pada akhirnya dapat dijelaskan secara lebih ilmiah
oleh keilmuan. Fenomena tersebut dapat dijelaskan oleh biologi misalnya, karena
padi yang tiba-tiba mengering sebelum masanya dapat terjadi karena adanya
fenomena pemanasan global yang menyebabkan musim menjadi tidak menentu dan
meningkatnya suhu bumi sehingga menjadi lebih panas akibat kerusakan ozon. Hal
tersebut dapat menjadi salah satu penyebab yang lebih ilmiah dan berlaku secara
umum untuk menjelaskan faktor penyebab fenomena padi kita.
Ilmu merupakan hasil
dari peradaban manusia yang semata-mata membantu memudahkan pekerjaan manusia.
Dalam hal ini pekerjaan manusia bukan hanya aspek praktis semata melainkan ilmu
berhasil menerjemahkan alam semesta yang berlaku secara umum. Sehingga setiap
orang dapat memahami gejala-gejala alam secara serentak dan ilmu itu juga dapat
digunakan oleh semua orang tanpa batas apapun. Maka, di akhir pembahasan
mengenai hakikat ilmu ini dapatlah kita mengutip pernyataan berikut ini, “Ilmu itu
ibarat bis kota, memang tidak senyaman Mercy Tiger, tapi rutenya jelas dan
jadwalnya dapat dipercaya. Jelas bukan tunggangannya Nabi yang diberkahi wahyu
atau seniman besar yang penuh ilham, namun kendaraan orang-orang biasa seperti
kita”.[6]
B. HAKIKAT
PENDIDIKAN ISLAM
Pengertian pendidikan
akan sangat beragam, bergantung pada sudut pandang yang digunakan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan.[7]
Sedangkan menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[8]
Secara
bahasa, pendidikan berasal dari bahasa Yunani, “paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.[9]
Menurut Hasan Langgulung, pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan
yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada
anak-anak atau orang-orang yang sedang dididik.[10]
Menurut
Muhibbin Syah, pendidikan
diartikan sebagai usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya alam
melalui kegiatan pengajaran (Muhibbin Syah, 2008:1).[11]
Pendidikan secara
terminologi dapat diartikan sebagai pembinaan, pembentukan, pengarahan,
pencerdasan, pelatihan yang diajukan kepada semua anak didik secara formal
maupun non formal dengan tujuan membentuk anak didik yang cerdas,
berkepribadian, memiliki keterampilan atau keahlian tertentu sebagai bekal
dalam kehidupannya di masyarakat. Secara formal, pendidikan adalah pengajaran.[12]
Di dalam
konteks keislaman, terdapat beberapa istilah yang sering digunakan sebagai arti
pendidikan, diantaranya tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib.
1.
Tarbiyah
Secara umum, tarbiyah
dapat dikembalikan kepada 3 kata kerja yg berbeda, yakni:
o Rabaa-yarbuu yang
bermakna namaa-yanmuu, artinya
berkembang.
o Rabiya-yarbaa yang
bermakna nasya-a, tara’ra-a, artinya
tumbuh.
o Rabba-yarubbu yang
bermakna aslahahu, tawallaa amrahu,
sasa-ahuu, wa qaama ‘alaihi, wa ra’aahu, yang artinya masing memperbaiki,
mengurus, memimpin, menjaga dan memeliharanya (atau mendidik).
Tarbiyah merupakan proses penyampian sesuatu
batas kesempurnaan yang dilakukan secara setahap demi setahap. Tarbiyah sebagai proses menumbuhkan
sesuatu secara setahap dan dilakukan sesuai pada batas kemampuan. Menurut
pengertian tersebut, tarbiyah
diperuntukkan khusus bagi manusia yang mempunyai potensi rohani, sedangkan
pengertian tarbiyah yang dikaitkan
dengan alam raya mempunyai arti pemeliharaan dan memenuhi segala yang
dibutuhkan serta menjaga sebab-sebab eksistensinya. Kata tarbiyah secara semantik tidak khusus ditunjukkan kepada manusia,
tetapi dapat dipakai untuk spesies lain, hewan dan tumbuhan misalnya. Kata tarbiyah mengandung arti mengasuh,
menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membuat, menjadikan
bertambah pertumbuhan, membesarkan, memproduksi hasil-hasil yang sudah matang,
dan menjinakkan.[13]
2.
Ta’lim
Pendidikan di dalam Islam sering pula disebut dengan
istilah ta’lim. Ta’lim bertujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan keahlian
berpikir yang sifatnya mengacu pada domain kognitif saja.[14]
Ta’lim secara bahasa berarti
pengajaran (mashdar dari a’lama-yu’alimu-ta’liman), secara
istilah berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampian pengertian,
pengetahuan dan ketrampilan. Ta’lim
merupakan proses pemberian pengatahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab,
sehingga diri manusia itu menjadi suci atau bersih dari segala kotoran sehingga
siap menerima hikmah dan mampu mempelajari hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya
(ketrampilan). Mengacu pada definisi ini, ta’lim,
berarti adalah usaha terus menerus manusia sejak lahir hingga mati untuk menuju
mengetahui apa yang sebelumnya mereka tidak tahu.
3.
Ta’dib
Sebagian para ahli berpendapat bahwa sebenarnya kata ta’dib inilah yang paling tepat untuk
menunjukkan arti pendidikan perspektif Islam.[15]
Hal ini karena konsep ta’dib meliputi
aspek material dan spiritual seseorang.[16]
Ta’dib, merupakan bentuk mashdar dari kata addaba-yuaddibu-ta’diban, yang berarti mengajarkan sopan santun.
Sedangkan menurut istilah, ta’dib
diartikan sebagai proses mendidik yang di fokuskan kepada pembinaan dan
penyempurnaan akhlak atau budi pekerti pelajar. Ta’dib merupakan pengenalan dan pengakuan yang secara
berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat
dari segala sesuatu dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga
membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan dalam
tatanan wujud keberadaan-Nya. Fakta bahwa pendidikan Nabi Muhammad saw
dijadikan Allah sebagai pendidik yang terbaik didukung oleh Al-Qur’an yang
menunjukkan kedudukan Rasulullah SAW yang mulia, suri tauladan yang baik serta
hadits yang menyatakan bahwa Rasul diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Pengertian pendidikan dalam arti kata tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib dapatlah diambil suatu analisa.
Jika ditinjau dari segi penekanannya terdapat titik perbedaan antara satu
dengan lainnya, namun apabila dilihat dari unsur kandungannya, terdapat
keterkaitan yang saling mengikat satu sama lain, yakni dalam hal memelihara dan
mendidik anak.
Selanjutnya jika kata pendidikan
dikaitkan dengan kata Islam, maka akan memberikan warna tersendiri dalam
pemaknaannya. Ramayulis mengemukakan bahwa Pendidikan Islam adalah suatu proses edukatif
yang yang mengarah kepada pembentukan akhlak atau kepribadian.[17]
Pendidikan Islam menurut Muzayin
Arifin adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk
memimpin kehidupannya, sesuai dengan cita–cita Islam, karena nilai–nilai Islam
telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.[18] Kemudian
menurut Zakiah Daradjat, pendidikan Islam adalah bimbingan dan asuhan terhadap
anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam secara menyeluruh, serta menjadikan
ajaran agama Islam itu sebagai pandangan hidupnya (way of life) demi
keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak.[19]
Menurut Muhaimin, istilah “pendidikan Islam” dapat dikatakan
sebagai pendidikan menurut Islam atau pendidikan Islami, yakni pendidikan yang
dipahami dan dikembangkan, dan diajarkan dalam nilai-nilai fundamental yang
terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu, al-Qur’an dan as-sunah. Dalam
pengertian ini, pendidikan Islam dapat berwujud pemikiran dan teori pendidikan
yang mendasarkan diri atau dibangun dan dikembangkan dari sumber-sumber dasar
tersebut.[20]
Pendidikan Islam merupakan sebuah
proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi
yang dimilikinya untuk mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya
sebagai khalifah Allah SWT baik kepada Tuhannya, sesama manusia, sesama makhluk
lainnya. Dengan
istilah lain, manusia muslim yang telah mendapatkan Pendidikan Islam itu harus
mampu hidup di dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagaimana diharapkan oleh
cita-cita Islam. Pengertian Pendidikan Islam dengan sendirinya bermuara pada
pengertian sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang
dibutuhkan oleh hamba Allah. Oleh karena Islam memberi pedoman seluruh aspek
kehidupan manusia muslim baik duniawi maupun ukhrawi.
Islam sebagai agama bersifat universal berisi ajaran-ajaran
yang dapat membimbing manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Untuk itu, Islam mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa menjaga hubungan
dengan Allah dan hubungan dengan sesama manusia. Berdasarkan hal tersebut,
pendidikan Islam berfungsi untuk menghasilkan manusia yang dapat menempuh
kehidupan yang indah di dunia dan di akhirat. Berbeda dengan pendidikan Barat
yang bertitik tolak dari filsafat fragmatisme, yaitu yang mengukur kebenaran
menurut kepentingan waktu, tempat, dan situasi. Fungsi pendidikan tidaklah
sampai untuk menciptakan manusia yang dapat menempuh kehidupan yang indah di
dunia dan di akhirat, akan tetapi terbatas pada kehidupan dunia semata.[21]
C. KONSEP DASAR
ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Menurut Ahmad Tafsir,
Ilmu Pendidikan Islam adalah kumpulan teori pendidikan berdasarkan ajaran
Islam. Isi ilmu adalah teori. Isi ilmu bumi adalah kumpulan teori tentang bumi.
Isi ilmu alam adalah kumpulan teori tentang alam. Maka ilmu pendidikan adalah
ilmu yang berisi tentang teori-teori pendidikan. Kemudian penambahan kata
“Islam” di belakangnya memberikan corak tersendiri yang mengandung makna Islami
yakni sesuai dengan ketentuan atau ajaran-ajaran umat Islam. [22]
Secara esensial memang
benar bahwa isi ilmu adalah teori, tetapi sebenarnya secara lengkap isi suatu
ilmu bukanlah hanya teori. Isi lainnya adalah penjelasan terntang teori itu dan
terkadang ada juga data yang mendukung penjelasan itu. Dengan demikian isi ilmu
secara lengkap adalah teori, penjelasan teori, dan data yang mendukung
penjelasan tersebut. Maka ilmu pendidikan Islam berisi teori pendidikan Islam,
penjelasan teori tersebut, dan data yang mendukung penjelasan itu.
Ilmu pendidikan Islam
adalah ilmu yang berdasarkan Islam. Apa yang dimaksud dengan Islam? Islam
adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dengan berpedoman kepada sumber
hukumnya yaitu Al-Qur’an dan Hadits serta akal. Jika demikian, maka ilmu
pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan pada Al-Qur’an,
Hadits, dan akal. Penggunaan dasar hokum ini pun harus berurutan, Al-Qur’an,
lalu Hadits, dan barulah akal. Bila tidak ada atau kurang jelas di dalam
Al-Qur’an, maka harus dicari di dalam hadits, jika masih belum ada atau belum
jelas, maka boleh menggunakan akal (pemikiran), tetapi tentu saja tidak boleh
bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits. Oleh karenanya, teori dalam ilmu
pendidikan Islam haruslah dilengkapi dengan ayat-ayat Al-Qur’an, Hadits, serta
argument akal yang menjamin teori tersebut.[23]
Secara filosofis,
hakikat pendidikan adalah penyerapan informasi pengetahuan yang
sebanyak-banyaknya dan pengkajian yang mendalam serta uji coba dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pandangan tersebut dapat dipahami bahwa
secara epistemologis, pengembangan pendidikan Islam akan berkaitan secara
langsung dengan sumber ilmu pengetahuan dan metodologi pengembangannya. Sumber
ilmu pengetahuan dalam Islam adalah seluruh firman Allah yang bersifat qauliyah, yakni mukjizat Al-Qur’an dan
As-Sunnah yang shahih, juga firman Allah yang bersifat kauniyah, yaitu semua
ciptaan-Nya yang diyakini sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya.[24]
Ilmu pendidikan Islam merupakan sebuah studi tentang proses pendidikan yang berdasarkan
nilai-nilai filosofis ajaran Islam dengan sebagai dasarnya adalah sumber hukum Islam
yakni Al-Quran dan Sunnah. Dengan kata lain, ilmu pendidikan Islam merupakan
ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam atau ilmu pendidikan yang berkarakter Islam.
Moh. Roqib menjelaskan, Ilmu pendidikan Islam merupakan sekumpulan teori
kependidikan yang berdasarkan konsep dasar agama Islam yang berasal dari hasil
telaah secara mendalam terhadap Al-Quran, hadits, serta teori-teori dari bidang
keilmuan lain yang selanjutnya diramu secara integratif oleh para pemikir dan
tokoh intelektual Islam sehingga menjadi suatu kontruksi teori-teori pendidikan
baru yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa ilmu pendidikan Islam merupakan
suatu kajian keilmuan yang di dalamnya berisi sekumpulan teori dan data yang
telah terintegrasi yang telah mengalami didialogkan dan dijelaskan dengan
perspektif Islam. Teori-teori dan konsep dalam ilmu pendidikan Islam tidak
hanya harus dapat dipertanggung-jawabkan secara akademik-ilmiah, namun juga harus bisa
dipraktekkan atau diaplikasikan secara operasional dalam pendidikan. Oleh karena
itu ilmu pendidikan Islam tidak hanya berkutat pada tataran teoritis, namun
juga pada tataran praktis. [25]
Sebagai konsep pendidikan yang berlandaskan pada nilai-nilai keislaman,
maka tujuan pendidikan islam tidak lepas dari tuntunan yang berasal dari
Al-Quran dan sunnah. Tujuan itulah sasaran yang ingin kita capai. Menurut Imam
Al-Ghazali, tujuan pendidikan Islam adalah membentuk insan paripurna baik di
dunia maupun di akhirat. Pendidikan ditujukan untuk menjadikan manusia semakin
dekat dengan Allah SWT. Menurut Al-Ghazali, tujuan dari belajar atau mencari
ilmu adalah sebuah bentuk ibadah kepada Allah. Selanjutnya, buah dari ilmu yang
dipelajari tersebut akan membawa kedekatan kepada Allah dan meraih kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat. Menurut Al-Ghazali, manusia akan sampai kepada
tingkat kesempurnaan apabila ia menguasai sifat-sifat keutamaan melalui ilmu
yang dipelajari. Keutamaan itulah yang pada akhirnya akan membahagiakan di
dunia dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. sehingga menjadi bahagia di akhrat
kelak. Sedangkan
menurut Ibnu Sina, tujuan pendidikan Islam harus diarahkan pada pengembangan
seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah perkembangannya yang sempurna
meliputi fisik, intelektual, dan budi pekerti.[26]
Pendidikan Islam merupakan bagian penting dari dinamika pendidikan di
Indonesia, mengingat agama Islam merupakan agama mayoritas di negara ini dan
bahkan di tingkat Internasional. Islam menaruh perhatian yang sangat besar
dalam bidang pendidikan. Sejak zaman Rasulullah SAW sampai saat ini, pendidikan
Islam telah mengalami dinamika dan perkembangan yang sangat pesat. Secara umum,
Pendidikan Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta
didik untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mengimani ajaran agama islam
yang disertai dengan tuntunan saling menghormati penganut agama lain dalam
konteks kerukunan antar umat beragama guna mewujudkan kesatuan dan persatuan
bangsa.
[1] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 5.
[2] Ibid, h. 7.
[3] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. (Jakarta: Ciputat
Pers, 2002), h. 4.
[4] Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebagai Sebuah Pengantar
Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2009), h. 35.
[6] Ibid, h. 56.
[7] Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga),
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002).
[8] Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
[9] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (KALAM MULIA: Jakarta, 1994), h. 1.
[10] Hasan Langgulung, Manusia dan
Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka
Al-Husna, 1986), h. 32.
[11] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda Karya, 2008), h. 1.
[13] Ramayulis, Op.Cit. h. 2.
[14] Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoretis dan
Pemikiran Tokoh, (PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2014), 4.
[15] Ramayulis Op Cit 2
[16] Heri Gunawan, Op.Cit. h 6.
[17] Ramayulis, Op.Cit. 4.
[18]
Muzayin
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Suatu
Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasar-kan Pendekatan Indisipliner, Bumi
Aksara, Jakarta, 1994, hal. 10.
[21] Ramayulis, Op.Cit. h. 10.
[22] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (PT
Remaja Rosdakarya: Bandung, 2007), 12.
[23] Ibid
[24] Hasan Basri dan Beni Ahmad
Saebani, Ilmu Pendidikan Islam, (CV.
Pustaka Setia: Bandung, 2010), 29.
[25] M. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, (LKIS: Yogyakarta. 2009).
[26] Ahmad Mujib, Pengertian, Ruang Lingkup dan Tujuan Ilmu
Pendidikan Islam, (Dari: http://www.wikipendidikan.com/2016/03/pengertian-dan-tujuan-ilmu-pendidikan-islam.html, Diakses pada tanggal 21
September 2017)